Matahari tampak akan tenggelam, angin
pun bertiup sepoi-sepoi di sekitar pepohonan. Harum semerbak mulai memenuhi
mihrab Maryam. Bau itu menembus jendela mihrab dan mengepakkan sayapnya di
sekeliling gadis perawan yang khusyuk dalam solat tanpa seorang pun mendengar
suaranya. Maryam merasa bahawa udara dipenuhi dengan bau harum yang
mengagumkan. Ia kembali melakukan solatnya dengan khusyuk dan mengungkapkan
syukur kepada Allah SWT.
Seekor burung hinggap di jendela mihrab.
Ia mengangkat paruhnya ke atas dan mengarahkan ke matahari serta mengepakkan
kedua sayapnya lalu ia terjun ke air dan mandi di dalamnya. Kemudian ia terbang
ringan di sekitamya. Maryam ingat bahawa beliau lupa untuk menyirami pohon
mawar yang tumbuh secara tiba-tiba di tengah dua batu yang tumbuh di luar
masjid. Maryam menyelesaikan solatnya lalu ia keluar dari mihrab dan menuju
pohon. Belum selesai beliau siap-siap untuk keluar sehingga para malaikat
memanggilnya:
"Hai Maryam, sesungguhnya Allah
telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di
dunia (yang semasa dengan kamu)." (QS. Ali 'Imran: 42)
Maryam berhenti dan tampak wajahnya yang
pucat dan semakin bertambah. Mihrab itu dipenuhi dengan kalimat-kalimat para
malaikat yang memancarkan cahaya. Maryam merasa bahawa pada hari-hari terakhir
terdapat perubahan pada suasana rohaninya dan fiziknya. Di tempat itu tidak
terdapat cermin sehingga ia tidak dapat melihat perubahan itu. Tetapi ia merasa
bahawa darah, kekuatan dan masa mudanya mulai meninggalkan tempatnya dan
digantikan dengan kesucian dan kekuatan yang lebih banyak. Beliau menyedari
bahawa ia sedang gugup. Beliau merasakan kelemahan manusiawi dan adanya
kekuatan yang luar biasa. Setiap kali tubuhnya merasakan kelemahan, maka bertambahlah
kekuatan dalam rohnya. Perasaan yang demikian ini justru membangkitkan
kerendahan hatinya. Maryam mengetahui bahawa ia akan memikul tanggung jawab
besar.
"Dan (ingatlah) ketika malaikat
(Jibril) berkata: 'Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu,
menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yong semasa
dengan kamu)." (QS. Ali 'Imran: 42)
Dengan kalimat-kalimat yang sederhana
ini Maryam memahami bahawa Allah SWT telah memilihnya dan menyucikannya dan
menjadikannya penghulu para wanita dunia. Beliau adalah wanita terbesar di
dunia. Para malaikat kembali berkata kepada Maryam:
"Hai Maryam, taatlah kepada
Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang ruku." (QS. Ali
'Imran: 43)
Perintah tersebut ditetapkan setelah adanya
berita gembira agar beliau meningkatkan kekhusyukannya, sujudnya, dan rukuknya
kepada Allah SWT. Maryam lupa terhadap pohon mawar dan beliau kembali solat.
Maryam merasakan bahawa sesuatu yang besar akan terjadi padanya. Beliau
merasakan hal itu sejak beberapa hari, tetapi perasaan itu semakin menguat saat
ini.
Matahari meninggalkan tempat tidurnya
sementara malam telah bangkit sedangkan bulan duduk di atas singgahsananya di
langit dan di sekelilingnya terdapat awan-awan yang indah dan putih. Kemudian
datanglah pertengahan malam dan Maryam masih sibuk dalam solatnya. Beliau
menyelesaikan solatnya dan teringat pohon mawar itu lalu beliau membawa air di
suatu bejana dan pergi untuk menyiramnya.
Pohon mawar itu tumbuh di antara dua
batu di tempat yang tidak jauh dari masjid yang hanya ditempuh beberapa langkah
darinya. Tempat itu jauh dari jangkauan manusia sehingga tak seorang pun
mendekatinya. Tempat itu sudah dijadikan tempat yang khusus bagi Maryam untuk
melakukan solat di dalamnya atau beribadah. Maryam mendekati pohon mawar itu
dan menyiramnya. lalu beliau meletakkan bejana, kemudian ia memikirkan pohon
mawar itu di mana tangkainya semakin panjang pada dua malam yang dilaluinya.
Tiba-tiba, Maryam mendengar suara derap
kaki yang menggoncang bumi. Beliau tidak mendengar suara kaki yang berjalan,
tetapi beliau mendengar suara kaki yang menetap di atas batu serta pasir.
Maryam merasakan ketakutan. Ia merasakan bahawa ia tidak sendirian. Ia menoleh
ke sebelahnya namun ia tidak mendapati sesuatu pun. Kemudian kedua matanya
mulai berputar-putar dan memperhatikan suatu cahaya yang berdiri di sana.
Maryam gementar ketakutan dan menundukkan kepalanya. Maryam berkata dalam
dirinya, siapa gerangan orang yang berdiri di sana. Maryam memandang kepada
wajah orang asing itu, dan menyebabkan ia gelisah. Wajah orang itu sangat aneh,
di mana dahinya bercahaya lebih daripada cahaya bulan. Meskipun kedua matanya
memancarkan kemuliaan dan kebesaran tetapi wajah orang itu justru menggambarkan
kerendahan hati yang mengagumkan.
Pandangan pertama yang di lihat oleh
Maryam kepada orang itu mengisyaratkan, bahawa orang itu memiliki kemuliaan
yang diperoleh orang yang menyembah Allah SWT selama jutaan tahun. Maryam
bertanya kepada dirinya, siapa gerangan orang ini? Kemudian seakan- akan orang
asing itu membaca fikiran Maryam dan berkata: "Salam kepadamu wahai
Maryam." Maryam dibuat terkejut mendengar adanya suara manusia di
depannya. Maryam berkata sebelum menjawab salamnya:
"Sesungguhnya aku berlindung
daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang
bertakwa." (QS. Maryam: 18)
Maryam berlindung di bawah lindungan
Allah SWT dan ia bertanya kepadanya, "Apakah engkau manusia yang mengenal
Allah SWT dan bertakwa kepadanya?" Kemudian orang itu tersenyum dan
berkata:
"Sesungguhnya aku ini hanyalah
seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci."
(QS. Maryam: 19)
Orang asing itu belum selesai
menyampaikan kalimatnya sehingga tempat itu dipenuhi cahaya yang menakjubkan
yang tidak menyerupai cahaya matahari, cahaya bulan, cahaya lampu, cahaya lilin
bahkan cahaya api. Di sana terdapat cahaya yang sangat jernih. Kemudian
terngianglah di kepala Maryam kalimat: "Aku adalah seorang utusan
Tuhanmu." Kalau begitu, dia adalah penghulu para malaikat, Ruhul Amin
(Jibril) yang telah berubah wujud menjadi manusia.
Maryam mengangkat kepalanya dengan
gementar menahan luapan cinta. Jibril berdiri di depannya dalam bentuk manusia.
Maryam memperhatikan kejernihan dahinya dan kesucian wajahnya. Benar apa yang
diduganya bahawa Jibril memiliki kemuliaan yang diperoleh orang yang menyembah
Allah SWT selama jutaan tahun. Kemudian Maryam mengingat kembali
kalimat-kalimat yang diucapkan Jibril. Malaikat itu telah mengatakan bahawa ia
adalah utusan Tuhannya, dan ia telah datang untuk memberi Maryam seorang anak
laki-laki yang suci. Maryam ingat bahawa dirinya adalah seorang perawan yang
belum tersentuh oleh seorang pun. Ia belum menikah dan belum dilamar oleh
seseorang pun, maka bagaimana ia melahirkan anak tanpa melalui pernikahan.
Fikiran- fikiran ini berputar-berputar di kepala Maryam lalu ia berkata kepada
Jibril:
"Maryam berkata: Bagaimana akan ada
bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun
menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang penzina!" (QS. Maryam: 20)
Jibril berkata:
"Demikianlah Tuhanmu berfirman:
'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda
bagi manusia sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang
sudah diputuskan."' (QS. Maryam: 21)
Maryam menerima kalimat-kalimat Jibril.
Tidakkah Jibril berkata kepadanya bahawa ini adalah perintah Allah SWT dan
segala sesuatu yang diperintahkan-Nya pasti akan terlaksana. Kemudian, mengapa
ia harus (ketika) melahirkan tanpa disentuh oleh seorang manusia pun. Bukankah
Allah SWT menciptakan Nabi Adam tanpa seorang ayah dan seorang ibu? Sebelum
diciptakannya Nabi Adam tidak ada lelaki dan wanita. Hawa diciptakan dari Nabi
Adam dan ia pun diciptakan dari laki-laki, tanpa perempuan.
Biasanya manusia diciptakan melalui
pasangan laki-laki dan perempuan; biasanya ia memiliki ayah dan ibu, tetapi
mukjizat terjadi ketika Allah SWT menginginkannya untuk terjadi. Kemudian
Jibril meneruskan pembicaraannya:
"Sesungguhnya Allah menggembirakan
kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang
datang) dari- Nya, namanya al-Masih Isa putera Maryam, seorang yang terkemuka
di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada
Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa,
dan dia termasuk di antara orang-orang yang soleh." (QS. Ali 'Imran:
45-46)
Kehairanan Maryam semakin bertambah.
Betapa tidak, sebelum mengandung anak itu di perutnya ia telah mengetahui
namanya. Bahkan ia mengetahui bahawa anaknya itu akan berbicara dengan manusia
saat ia masih kecil. Sebelum Maryam menggerakkan lisannya untuk melontarkan
pertanyaan lain, Jibril mengangkat tangannya dan mengerahkan udara ke arah
Maryam. Kemudian datanglah hembusan udara yang bercahaya yang belum pernah di
lihat sebelumnya oleh Maryam. Lalu cahaya tersebut ke jasad Maryam dan
memenuhinya. Tak sempat Maryam melontarkan pertanyaan yang lain, Jibril yang
suci telah pergi tanpa meninggalkan suara.
Udara yang dingin telah bergerak dan
Maryam pun tampak menggigil. Maryam segera kembali ke mihrabnya. Ia menutup
pintu mihrab dan ia tenggelam dalam solat yang khusyuk dan ia pun menangis.
Maryam merasakan kegembiraan, kebingungan dan kegoncangan serta kedamaian yang
dalam. Kini, Maryam tidak lagi sendirian. Sejak Jibril meninggalkannya, ia
merasakan bahawa ia tidak lagi sendirian. Ia menggerakkan tangannya yang
dipenuhi dengan cahaya, kemudian cahaya ini berubah di dalam perutnya menjadi
anak, seorang anak yang akan menjadi kalimat Allah SWT dan roh-Nya yang
diletakkan pada Maryam. Ketika anak itu besar, ia akan menjadi seorang rasul
dan nabi yang ajarannya dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang.
Maryam di malam itu tidur dengan nyenyak
dan ia bangun di waktu Subuh. Belum lama ia membuka kedua matanya sehingga ia
dibuat terkejut ketika melihat mihrab dipenuhi dengan buah-buahan yang
sebenarnya tidak lagi musim. Maryam heran melihat hal itu. Ia mulai mengingat
apa yang telah terjadi padanya kelmarin, yaitu bagaimana kejadian saat menyiram
pohon mawar, bagaimana pertemuannya dengan malaikat Jibril, bagaimana Allah SWT
meniupkan kalimat-Nya padanya, bagaimana ia kembali ke mihrab, dan bagaimana
tidurnya yang nyenyak. Maryam berkata kepada dirinya sambil melihat buah-buahan
yang banyak: Apakah aku akan memakan sendirian buah-buahan ini. Kemudian ada
suara dalam dirinya yang berkata: "Engkau tidak lagi sendirian wahai
Maryam. Kini, engkau bersama Isa. Engkau harus makan dengan baik. Dan Maryam
mulai makan.
Lalu berlalulah hari demi hari.
Kandungan Maryam berbeza dengan kandungan umumnya wanita. Ia tidak merasakan
sakit dan tidak merasa berat; ia tidak merasakan sesuatu telah bertambah
padanya dan perutnya tidak membuncit seperti umumnya wanita. Alhasil, kehamilan
yang dialaminya dipenuhi dengan nikmat yang baik. Datanglah bulan yang ke
sembilan. Ada sebahagian ulama yang mengatakan bahawa Maryam tidak mengandung
Isa selama sembilan bulan, tetapi ia melahirkannya secara langsung sebagai
mukjizat.
Pada suatu hari, Maryam keluar ke suatu
tempat yang jauh. Ia merasa bahawa sesuatu akan terjadi hari itu. Tetapi ia
tidak mengetahui hakikat sesuatu itu. Kakinya membimbingnya untuk menuju tempat
yang dipenuhi dengan pohon kurma. Tempat itu tidak biasa dikunjungi oleh
seseorang pun kerana saking jauhnya; tempat yang tidak diketahui oleh seseorang
pun kecuali Maryam.
Tak seorang pun yang mengetahui Maryam
bahawa sedang hamil dan ia akan melahirkan. Mihrab yang menjadi tempat
ibadahnya selalu tertutup. Orang-orang mengetahui bahawa Maryam sedang sibuk
beribadah dan tidak ada seorang pun yang mendekatinya. Maryam duduk
beristirahat di bawah pohon kurma yang besar dan tinggi. Maryam mulai merasakan
sakit pada dirinya, dan rasa sakit tersebut semakin terasa. Akhirnya, Maryam
melahirkan:
"Maka rasa sakit akan melahirkan
anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata: 'Aduhai
alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak
berarti, lagi dilupakan." (QS. Maryam: 23)
Rasa sakit saat melahirkan anak yang
dialami wanita suci ini menimbulkan penderitaan-penderitaan lain yang segera
menantinya. Bagaimana manusia akan menyambut anaknya ini? Apa yang mereka
katakan tentangnya? Bukankah mereka mengetahui bahawa ia adalah wanita yang
masih perawan? Bagaimana seorang gadis perawan bisa melahirkan? Apakah manusia
akan membenarkan Maryam yang melahirkan anak itu tanpa ada seseorang pun yang
menyentuhnya? Kemudian pandangan-pandangan keraguan mulai menyelimutinya.
Maryam berfikir bagaimana reaksi manusia kepadanya dan bagaimana perkataan
mereka terhadapnya sehingga hatinya dipenuhi dengan kesedihan. Belum lama
Maryam membayangkan dan meminta agar ia dimatikan dan dilupakan, tiba-tiba anak
yang baru lahir itu memanggilnya:
"Janganlah kamu bersedih hati,
sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah
pangkal pohon kurma itu ke arahmu, nescaya pohon itu akan mengugurkan buah
kurma yang masak kepadamu makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu
melihat seorang manusia, maka katakanlah: 'Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa
untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang
manusia pun pada hari ini.'" (QS. Maryam: 24-26)
Maryam melihat al-Masih yang tampan
wajahnya. Wajahnya tidak kemerah-merahan dan rambutnya tidak keriting seperti
anak-anak yang lahir di saat itu, tetapi ia berkulit lembut dan putih. Anak itu
diselimuti dengan kesucian dan kasih sayang; anak itu berbicara kepada Maryam
agar ia menghilangkan kesedihannya dan meminta padanya agar menggoyangkan
batang-batang pohon kurma supaya jatuh darinya sebahagian buahnya yang lazat
dan Maryam dapat memakan dan meminum darinya sehingga hatinya pun penuh dengan
kedamaian serta kegembiraan dan tidak berfikir tentang sesuatu pun. Jika Maryam
melihat atau menemui manusia, maka hendaklah ia berkata kepada mereka bahawa ia
bernazar kepada Allah SWT untuk berpuasa dan tidak berbicara kepada seseorang
pun.
Maryam melihat al-Masih dengan penuh
kecintaan. Anak itu baru dilahirkan beberapa saat tetapi ia langsung memikul
tanggung jawab ibunya di atas pundaknya. Selanjutnya, ia akan memikul
penderitaan orang-orang fakir. Maryam melihat bahawa wajah anak itu menyiratkan
tanda yang sangat aneh. Yaitu tanda yang mengisyaratkan bahawa ia datang ke
dunia bukan untuk mengambil darinya sesuatu, tetapi untuk memberinya segala
sesuatu. Maryam menghulurkan tangannya ke pohon kurma yang besar. Belum lama ia
menyentuh batangnya hingga jatuhlah darinya buah kurma yang masih muda dan
lazat. Maryam makan dan minum dan kemudian ia memangku anaknya dengan penuh
kasih sayang.
Saat itu, Maryam merasakan kegoncangan
yang hebat. Silih-berganti ketenangan dan kegelisahan menghampirinya. Segala
fikirannya tertuju pada satu hal, yaitu Isa. Ia bertanya-tanya dalam dirinya:
Bagaimana orang-orang Yahudi akan menyambutnya, apa yang akan mereka katakan
tentangnya, apa yang akan mereka katakan terhadap Maryam, apakah para pendeta
dan para pembesar Yahudi percaya bahawa Maryam melahirkan seorang anak tanpa
disentuh oleh seseorang pun? Bukankah mereka terbiasa hidup dengan suasana pencurian
dan penipuan? Apakah seseorang di antara mereka akan percaya - padahal ia jauh
dari langit - bahawa langit telah memberinya seseorang anak.
Akhirnya, masa pengasingan Maryam telah
berakhir dan Maryam harus kembali ke kaumnya. Maryam kembali dan waktu
menunjukkan Ashar. Pasar besar yang terletak di jalan yang dilalui Maryam
menuju masjid dipenuhi dengan manusia. Mereka sibuk dengan jual-beli. Mereka
duduk berbincang-bincang sambil minum anggur. Belum lama Maryam melewati pasar
itu sehingga manusia melihatnya membawa seorang anak kecil yang didakapnya.
Salah seorang bertanya: "Bukankah ini Maryam yang masih perawan? Lalu,
anak siapa yang dibawanya itu?" Seorang yang mabuk berkata: "Itu
adalah anaknya." Mari kita dengar cerita apa yang akan disampaikannya.
Akhirnya, orang-orang Yahudi mulai "mengepung" dengan berbagai macam
pertanyaan: "Anak siapa ini wahai Maryam, mengapa engkau tidak
mengembalikannya, apakah itu memang anakmu, bagaimana engkau datang dengan
membawa seorang anak sedangkan engkau adalah gadis yang masih perawan?"
"Hai saudara perempuan Harun,
ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah
seorang penzina." (QS. Maryam: 28)
Maryam dituduh melakukan pelacuran.
Mereka menyerang Maryam tanpa terlebih dahulu mendengarkan sanggahannya atau
mengadakan penelitian atau membuktikan bahawa perkataan mereka memang benar.
Maryam dicerca sana-sini dan ia diingatkan, bahawa bukankah ia seseorang yang
tumbuh dari rumah yang baik dan bukanlah ibunya seorang pelacur? Lalu mengapa
semua ini terjadi padanya? Menghadapi semua tuduhan itu, Maryam tampak tenang
dan tetap menunjukkan kebaikannya. Wajahnya dipenuhi dengan cahaya keyakinan.
Ketika pertanyaan semakin menjadi-jadi dan keadaan semakin sulit, maka Maryam
menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. Ia menunjuk ke arah anaknya dengan
tangannya. Maryam menunjuk Isa.
Orang-orang yang ada di situ tampak
kebingungan. Mereka memahami bahawa Maryam berpuasa dari berbicara dan meminta
kepada mereka agar bertanya kepada anak itu. Para pembesar Yahudi bertanya:
"Bagaimana mereka akan melontarkan pertanyaan kepada seorang anak kecil
yang baru lahir beberapa hari? Apakah anak itu akan berbicara di
buaiannya" Mereka berkata kepada Maryam:
"Bagaimana kami akan berbicara
dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?" (QS. Maryam: 29)
Berkata Isa:
"Sesungguhnya aku ini hamba Allah,
Dia memberiku al-Kitab (injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia
menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia
memerintahkan kepadaku (mendirikan) solat dan (menunaikan) zakat selama aku
hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikanku seorang yang
sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari
aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup
kembali. " (QS. Maryam: 30-33)
Belum sampai Isa menuntaskan
pembicaraannya sehingga wajah-wajah para pendeta dari kalangan Yahudi dan para
uskup tampak pucat. Mereka menyaksikan mukjizat terjadi di depan mereka secara
langsung. Anak kecil itu berbicara di buaiannya; anak kecil yang datang tanpa
seorang ayah; anak kecil yang mengatakan bahawa Allah SWT telah memberinya
al-Kitab dan menjadikannya seorang Nabi. Ini berarti bahawa kekuasaan mereka
sebentar lagi akan hancur. Setiap orang dari mereka akan menjadi tidak berarti
ketika anak kecil itu dewasa. Tak seorang pun di antara mereka yang dapat
"menjual pengampunan" kepada manusia atau menghakimi mereka melalui
penyataan bahawa ia adalah wakil dari langit yang turun di bumi. Atau
pernyataan, bahawa hanya dia yang mengetahui syariat.
Para pendeta Yahudi merasa akan terjadi
suatu tragedi keperibadian yang akan datang kepada mereka dengan kelahiran anak
kecil ini. Kedatangan al-Masih berarti mengembalikan manusia kepada penyembahan
semata-mata kepada Allah SWT. Ini berarti menghapus agama Yahudi yang sekarang
mereka yakini. Perbezaan antara ajaran- ajaran Musa dan tindakan-tindakan
orang-orang Yahudi menyerupai perbezaan antara bintang-bintang di langit dan
lumpur-lumpur di jalan. Para pendeta Yahudi menyembunyikan kisah kelahiran Isa
dan bagaimana ia berbicara di masa buaian. Mereka justru menuduh Maryam yang
masih perawan dengan kebohongan yang besar. Mereka menuduh Maryam melakukan
pelacuran, padahal mereka menyaksikan sendiri mukjizat pembicaraan anaknya di
masa buaian.
Mula-mula cerita tentang itu mereka
sembunyikan untuk beberapa saat. Meskipun demikian, berita tentang kelahiran
Isa sampai ke Hakim Romawi, yaitu Heradus. Ia memimpin orang-orang Palestina
dan orang- orang Yahudi dengan kekuatan pedang. Ia menakut-nakuti mereka dengan
menumpahkan darah serta banyaknya mata-mata yang dimilikinya. Pada suatu hari,
ia duduk di istananya dan meminum anggur. Lalu ia mendengar berita yang samar
tentang kelahiran seseorang anak tanpa ayah; seorang anak yang dikatakan ia
mampu berbicara saat masih di buaian, lalu ia menyampaikan pembicaraan yang
menjurus pada ancaman terhadap kekuasaan Romawi. Kemudian bergetarlah kursi
yang ada di bawah tubuh Heradus. Ia memerintahkan untuk diadakan suatu
pertemuan mendadak yang dihadiri oleh para pengawalnya dan para mata-matanya.
Pertemuan itu pun terlaksana. Heradus duduk dengan wajahnya yang hitam
mengkilat, lalu ia memutarkan pandangannya ke arah mata-matanya dan bertanya:
"Bagaimana berita anak kecil yang berbicara di buaiannya?"
Salah seorang kepala mata-mata berkata:
"Tampak bahawa masalahnya tidak benar. Kami telah mendengar isu-isu
sekitar anak kecil yang mereka katakan bahawa ia membuat mukjizat dengan
berbicara saat ia masih belia. Lalu saya mengutus anak buahku untuk mencari
kebenaran berita itu, tetapi mereka tidak menemukannya. Jelas bagi kami, bahawa
berita itu dilebih-lebihkan." Kemudian salah satu anggota mata-mata raja
berkata: "Aku telah mendapatkan bukti yang terpercaya bahawa tiga orang
dari orang-orang Majusi datang di balik suatu bintang yang mereka lihat menyala
di suatu langit dan bintang tersebut mengisyaratkan kelahiran anak kecil yang
membawa mukjizat, yaitu anak kecil yang akan menyelamatkan kaumnya." Hakim
berkata: "Bagaimana ia dapat menyelamatkan kaumnya dan kaum siapa yang
diselamatkannya?" Salah seorang mata-mata berkata: "Anak buahku tidak
mengetahuinya kerana orang-orang pandai dari Majusi itu pergi dan tak seorang
pun menemukan mereka."
Hakim berkata: "Bagaimana mereka
dapat pergi dan bersembunyi lalu bagaimana cerita anak kecil ini? Apakah di
sana ada persekongkolan untuk menentang Romawi?" Hakim melompat dari
tempat duduknya ketika ia menyebut Romawi, dan ia mulai berbicara dengan
keadaan emosi: "Aku menginginkan kepala tiga orang yang cerdik itu dan aku
juga menginginkan kepala anak kecil itu. Dan aku menginginkan informasi yang
lengkap. Sungguh masalah ini semakin samar hai orang-orang yang bodoh."
Lalu kepala mata-mata berkata: "Barangkali ini hanya mimpi yang
dibayangkan orang-orang Yahudi bahawa mereka melihatnya." Hakim berkata:
"Sungguh kepala-kepala kalian semua akan terbang lebih cepat dari merpati
jika kalian tidak mendatangkan cerita secara lengkap tentang anak ini.
Kebingungan dan kekacauan apa yang aku rasakan! Pergilah kalian dari
sini."
Anak buah Heradus dan para mata-mata
pergi, sedangkan ia masih duduk memikirkan masalah tersebut. Tampaknya masalah
itu sangat menggelisahkannya. Ia tidak peduli dengan kedatangan agama baru
kepada manusia tetapi yang difikirkannya adalah kekuasaan Romawi yang ia
menjadi simbolnya. Kemudian Heradus menetapkan untuk memanggil pemuka orang
Yahudi dan bertanya kepadanya tentang masalah ini. Para pengawalnya yang khusus
memanggil orang Yahudi itu. Tidak beberapa lama orang Yahudi itu ada di depan
hakim. Heradus berkata: "Aku ingin berbicara kepadamu tentang suatu
masalah yang sangat menggelisahkanku." Pendeta Yahudi itu berkata:
"Aku ingin mengabdi kepadamu."
Heradus berkata: "Aku mendengar
berita-berita yang saling berlawanan tentang anak kecil yang bisa berbicara di
masa buaiannya dan ia mengatakan bahawa ia akan menyelamatkan kaumnya. Maka
bagaimana berita yang sebenarnya tentang itu?" Pendeta itu berkata - dan
ia merasa bahawa pertanyaan itu sepertinya berupa jebakan yang tidak
diketahuinya secara pasti: "Apakah tuan yang mulia peduli dengan agama
Yahudi?" Heradus berkata dalam keadaan emosi: "Aku tidak peduli
sedikit pun selain kekuasaan Romawi. Jawablah pertanyaanku wahai pendeta."
Pendeta Yahudi itu telah melihat Isa berbicara di buaiannya. Ia memahami bahawa
seandainya ia mengatakan itu, maka ia akan mendapatkan penderitaan pada
dirinya, maka ia lebih memilih sedikit berbohong. Ia berkata kepada Heradus
bahawa ia mendengar cerita itu tetapi ia meragukannya.
Heradus berkata: "Apakah benar
agama kalian berbicara tentang kedatangan seorang penyelamat bagi rakyat
kalian?" Pendeta berkata: "Ini benar wahai tuan yang mulai."
Heradus berkata: "Apakah kalian mengetahui ini adalah persekongkolan menentang
keamanan kerajaan Romawi? Apakah kalian menyedari ini adalah bentuk
pengkhianatan?" Pendeta berkata: "Aku harap tuan membiarkan aku
meluruskan suatu pemikiran yang sederhana. Berita tentang hal itu adalah berita
yang kuno. Berita ini diyakini ketika rakyat menjadi tawanan di Bebel sejak
ratusan tahun."
Heradus berkata: "Apakah memang di
sana ada yang membenarkan berita ini? Sekarang, apakah kamu secara peribadi
membenarkannya? Apakah engkau melihat anak kecil itu yang mereka katakan bahawa
ia dilahirkan tanpa seorang ayah?" Pendeta itu berkata: "Apakah ada
seorang yang percaya wahai tuan yang mulia jika dikatakan ada seorang anak yang
lahir tanpa seorang ayah. Ini adalah mimpi rakyat biasa."
Heradus berkata: "Tidak ada sesuatu
yang mengusir tidur dari mata seorang penguasa selain mimpi-mimpi rakyat.
Pergilah wahai pendeta dan jika engkau mendengar berita-berita, maka
sampaikanlah kepadaku sebelum engkau sampaikan kepada isterimu." Belum
lama pendeta itu pergi sehingga Heradus berfikir, bagaimana seandainya pendeta
itu berbohong. Ia menangkap benang kebohongan pada kedua matanya. Ia mengetahui
kebohongan ini kerana ia sendiri sangat pandai berbohong. Kemudian bagaimana
cerita tiga orang cerdik yang mereka mengikuti bintang? Apakah di sana terdapat
persekongkolan menentang Romawi yang tidak diketahuinya?
Heradus berteriak di tengah-tengah
pengawalnya dan memerintahkan mereka untuk menangkap semua orang yang mendengar
cerita ini atau ia akan melihat akibatnya. Mula-mula dia memerintahkan untuk
mencari gadis perawan yang melahirkan anak itu dan membunuh setiap anak yang
lahir di saat itu. Sementara itu, Maryam keluar dari Palestina menuju ke Mesir.
Sebelumnya, pada suatu malam, datanglah kepadanya seseorang yang belum pernah
dilihatnya dan orang itu menyampaikan salam kepadanya serta menyerukannya dan
sambil berkata: "Bawalah anakmu wahai Maryam dan keluarlah menuju
Mesir." Dengan nada ketakutan Maryam bertanya, "Mengapa? Bagaimana
aku keluar menuju ke Mesir; dan bagaimana aku bisa mengenali jalan?" Orang
asing itu menjawab, "Keluarlah engkau nescaya Allah SWT akan melindungimu.
Sesungguhnya Hakim Romawi mencari anakmu dan ingin membunuhmu."
Maryam bertanya: "Kapan aku
keluar?" Orang asing itu menjawab: "Sekarang juga. Janganlah engkau
khawatir sedikit pun kerana engkau keluar bersama seorang Nabi yang mulia.
Semua nabi diusir oleh kaumnya dari negeri mereka dan rumah mereka. Demikianlah
hukum kehidupan. Kejahatan selalu berusaha untuk menyingkirkan kebaikan tetapi
pada akhirnya, kebaikan akan kembali menduduki singgahsananya. Keluarlah wahai
Maryam." Akhirnya, Maryam pun pergi menuju ke Mesir. Maryam melalui gurun
Saina' bersama suatu kafilah yang menuju Mesir. Maryam berjalan membawa Isa di
jalan yang sama yang pernah dilalui Nabi Musa di mana ditampakkan kepada Nabi
Musa api yang suci dan beliau dipanggil dari sisi thur al-Aiman. Setelah
melalui perjalanan yang jauh dan melelahkan, Maryam sampai di Mesir. Mesir yang
dipenuhi dengan kebaikan, kemuliaan, kebudayaan klasik serta cuacanya yang
stabil mempakan tempat yang terbaik untuk pertumbuhan Isa as.
Al-Masih tumbuh dan berkembang serta
menjalani masa kecilnya di Mesir. Kemudian datanglah kepada Maryam orang asing
yang telah memerintahkannya untuk meninggalkan Palestina. Kali ini, ia
memerintahkannya untuk kembali ke Palestina. Orang asing itu berkata kepadanya:
"Raja yang lalim telah mati, maka kembalilah bersama anakmu wahai Maryam.
Telah datang kesempatan emas bagi Isa untuk menduduki singgahsananya. Isa akan
menjadi penyayang orang-orang fakir dan orang-orang yang benar. Kembalilah
wahai Maryam." Maryam pun kembali. Dalam perjalanan Maryam melalui banyak
mata air di sungai Jordania.
Isa pun tumbuh menjadi dewasa dan
mencapai masa mudanya. Isa keluar dari rumahnya dan menuju tempat penyembahan
kaum Yahudi. Saat itu bertepatan dengan hari Sabtu. Di sana tidak ada satu
rumah pun dari rumah kaum Yahudi yang dapat menyalakan api atau memadamkannya
pada hari Sabtu, atau mengambil buah di hari itu. Dilarang bagi seorang wanita
untuk membikin adunan roti atau seseorang anak kecil mencuci anjingnya. Nabi
Musa telah memerintahkan untuk menghormati hari Sabtu dan hanya mengkhususkanya
untuk beribadah kepada Allah SWT.
Terdapat hikmah di balik penghormatan
hari Sabtu sehingga hari Sabtu menjadi hari yang sangat disucikan di kalangan
orang-orang Yahudi. Mereka melaksanakannya dengan berbagai macam tradisi dan
mereka mencurahkan segala konsentrasi mereka untuk menjaga hari Sabtu dan tidak
meremehkannya. Sebab, mereka meyakini bahawa hari Sabtu adalah hari yang dijaga
dari langit sebelum Allah menciptakan manusia sebagaimana mereka percaya bahawa
Bani Israil telah diberikan pilihan kepada satu jalur saja, yaitu menjaga hari
Sabtu. Mereka bangga kerana mereka dapat menjaganya meskipun hal itu
menyebabkan mereka kalah di kancah peperangan atau mereka tertawan di tangan
musuh. Bahkan saking ketatnya mereka mempertahankan kehormatan hari Sabtu
sampai- sampai mereka menambah-nambahi berbagai macam larangan di hari Sabtu.
Majlis kaum Yahudi menetapkan ratusan larangan yang tidak boleh dilakukan di hari
Sabtu, seseorang dilarang untuk memakai gigi palsu di hari Sabtu. Seorang yang
sakit dilarang untuk memakai perban atau memakai minyak di tempat yang sakit
pada hari Sabtu atau memanggil doktor. Dilarang pula di hari Sabtu untuk
menulis dua huruf abjad; dilarang juga untuk mempertahankan diri pada hari
Sabtu; dilarang untuk panen dan belajar di hari Sabtu. Kemudian, berpergian di
hari Sabtu diharuskan untuk tidak lebih dari dua ribu ela. Dilarang juga di
hari Sabtu untuk membawa sesuatu ke luar rumah.
Jadi, banyaknya syariat, hukum serta
larangan-larangan biasanya diikuti dengan banyaknya keburukan atau paling tidak
membantu terciptanya keburukan. Setiap timbul suatu larangan, maka timbul
bersamanya cara untuk menghindar darinya. Demikianlah, kehidupan kaum Yahudi
dipenuhi dengan kemunafikan yang luar biasa di mana secara lahiriah mereka
menampakkan penghormatan terhadap hari Sabtu, tetapi secara batiniah mereka
berusaha menodai kehormatan dengan berbagai macam cara.
Meskipun kelompok Farisiun bertanggungjawab
terhadap tugas pelaksanaan syariat dan mengawasinya dengan banyak mendapatkan
jaminan-jaminan, maka kita akan melihat bahawa mereka siap untuk menciptakan
berbagai rekayasa dan tipu daya yang memungkinkan mereka untuk menghindar dari
hukum-hukum syariat di saat yang tepat. Saat yang tepat adalah saat di mana
syariat-syariat tersebut bertentangan dengan kepentingan peribadi mereka atau
dapat menjadi penghalang bagi mereka untuk mendapatkan mata pencarian yang
haram yang sudah siap masuk pada kantung mereka. Misalnya, terdapat kaedah
syariat yang menetapkan perjalanan pada hari Sabtu tidak boleh melebihi dua
ribu ela. Namun orang-orang Farisiun mengadakan walimah di mana mereka
mengundang orang-orang untuk menghadiri acara tersebut pada hari Sabtu, padahal
tempat diadakannya acara itu berjarak lebih dari dua ribu ela dari rumah
mereka. Lalu, bagaimana mereka dapat melaksanakan hal tersebut? Sangat mudah
sekali. Mereka meletakkan pada sore hari Sabtu sebahagian makanan yang berjarak
dua ribu ela dari rumah mereka lalu setelah itu mereka mendirikan suatu tempat
tinggal di mana mereka dapat berjalan setelahnya dan menempuh dua ribu ela yang
lain. Dari sini mereka dapat menambah jarak yang mereka inginkan. Begitu juga
agar mereka menghindar dari larangan membawa sesuatu ke luar rumah pada hari
Sabtu, maka mereka membuat tipu daya yang lain. Yaitu mereka mendirikan
gerbang-gerbang pintu dan jendela di berbagai jalan sehingga seluruh kota
seperti rumah besar yang dimungkinkan bagi mereka untuk membawa segala sesuatu
dan bergerak di dalamnya.
Contoh lain yang menunjukkan bagaimana
orang-orang Yahudi mempermainkan syariat sedangkan mereka mengklaim menjaganya
adalah, bahawa syariat Musa menetapkan agar seorang anak menginfaki kedua orang
tuanya saat mereka menginjak usia tua dan memerlukannya. Tetapi kaum Farisiun
memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk lari dan menghindar dari tanggung
jawab ini dengan suatu tipu daya yang sederhana. Ketika seorang anak dituntut
oleh kedua orang tuanya untuk memberi nafkah, maka ia pergi ke para pendeta dan
bersepakat kepada mereka untuk mewakafkan semua hartanya dan kekayaannya kepada
haikal, yaitu tempat sembahan kaum Yahudi. Saat itu kedua orang tuanya tidak
mampu mengambil sesuatu pun darinya. Ketika mereka berdua telah putus asa dan
tidak lagi menuntut padanya untuk memberi nafkah, maka semua harta kekayaannya
akan dikembalikan kepadanya oleh para pendeta, dengan catatan hendaklah ia
memberikan bahagian tertentu dari hartanya kepada para pendeta itu. Demikianlah
yang terdapat dalam Injil Mata.
Di tengah-tengah suasana kebodohan
pemikiran yang luar biasa ini, juga terdapat sikap keras kepala dan kejumudan
berfikir yang mengelilingi kaum Yahudi. Terdapat tujuh tingkat kesucian dan dua
puluh enam solat yang harus mereka lakukan saat mereka membasuh tangan sebelum
memakan makanan, namun mereka menganggap bahawa meniadakan pembacaan
solat-solat sebagai bentuk pembunuhan terhadap jiwa dengan cara bunuh diri dan
tercegah dari kehidupan abadi. Demikianlah kekerasan sikap masyarakat Yahudi
yang menunjukkan bahawa moral mereka telah rosak dan dipenuhi dengan
kemunafikan yang tiada taranya.
Sementara itu, Isa berjalan menuju
tempat beribadah. Orang-orang berjalan di sekelilingnya. Mereka tampak
membanggakan pakaian- pakaian yang berwarna dan berharga sedangkan Isa berjalan
dengan memakai baju putih dan menampakkan kezuhudannya. Rambut Isa tampak
lembut yang mencapai kedua bahunya dan tampak ia basah terkena air awan yang
menurunkan gerimis. Kemudian kedua kakinya berjalan di atas tanah sehingga
tanah itu dipenuhi dengan bau harum yang tidak diketahui sumbernya. Baju yang
dipakai oleh Isa terbuat dari bulu domba yang sangat sederhana dan kasar.
Meskipun hari itu hari Sabtu, Isa memetik buah di suatu kebun dan mengambil dua
buah yang beliau berikan kepada anak kecil yang fakir dan lapar. Tindakan
semacam ini menurut kepercayaan Yahudi dianggap sebagai tindakan yang menentang
agama Yahudi.
Isa mengetahui bahawa menjalankan agama
yang hakiki bukan terletak pada ketaatan luaran sementara hati jauh dari sikap
rendah diri. Oleh kerana itu, Isa mencabut buah dan memberikan makan kepada
manusia pada hari Sabtu. Beliau menyalakan api untuk wanita-wanita tua sehingga
mereka tidak mati kedinginan.
Isa sering mengunjungi tempat sesembahan
orang Yahudi. Isa berdiri di dalamnya dan mengamati para pendeta dan manusia
yang hilir mudik di sekitarnya. Sesampainya Isa di tempat sembahan, ia berdiri
di dalamnya. Isa mengamat-amati apa yang ada di dalamnya. Dinding-dinding
tempat beribadah itu terbuat dari kayu gaharu yang memiliki bau yang harum. Di
samping itu, terdapat kelambu-kelambu yang terbuat dari kain-kain yang
mengagumkan yang dicampur dengan emas. Juga terdapat lampu-lampu yang terhulur
dari atap dan juga ada lilin-lilin yang memenuhi ruangan dengan cahaya.
Meskipun demikian, kegelapan menyelimuti hati orang- orang yang ada di situ.
Nabi Isa berdiri cukup lama di tempat
penyembahan itu. Setiap kali ia memutarkan wajahnya, ia mendapati para pendeta
di sana. Terdapat dua puluh ribu pendeta. Nama-nama mereka tercatat dalam
haikal. Mereka adalah kaum Waliyun yang memakai saku-saku yang besar yang di
dalamnya ada kitab-kitab syariat. Sedangkan kaum Farisiun, mereka memakai
pakaian yang lebar yang sisi-sisinya tertenun dengan emas. Mereka adalah
pembantu haikal yang resmi dengan memakai baju-baju mereka yang putih. Adapun
kaum Shaduqiyun adalah kelompok para pendeta aristokrat yang bersekutu dengan
penguasa di mana mereka memperoleh kekayaan melalui persekutuan ini. Nabi Isa
memperhatikan bahawa jumlah pengunjung haikalita lebih sedikit daripada jumlah
para pendeta dan para tokoh agama. Tempat penyembahan itu dipenuhi dengan
kambing dan merpati yang dibeli oleh para pengunjung tempat penyembahan itu.
Mereka menyerahkannya sebagai korban kepada Allah. Yaitu korban yang disembelih
di dalam tempat persembahan di atas tempat penyembelihan. Alhasil setiap
langkah yang diayunkan oleh para pejalan di tempat penyembahan itu akan
menghasilkan wang.
Di tempat penyembahan Yahudi itulah
tersingkap hakikat kehidupan kaum Yahudi. Nilai satu-satunya yang disembah oleh
manusia di zaman itu adalah wang. Jadi, kemewahan materi atau kekayaan adalah
nilai satu-satunya yang kerananya manusia akan bergulat satu sama lain. Dalam
hal itu, tidak ada perbezaan antara tokoh-tokoh pembawa ajaran syariat dengan
manusia-manusia biasa. Kaum Shaduqiyun dan kaum Farisiun bekerja sama di antara
mereka di dalam haikal itu seakan-akan mereka di dalam suatu pasar di mana
mereka memanfaatkannya untuk diri mereka dengan terus mencari korban-korban di
dalamnya. Sering kali kaum Shaduqiyun dan Farisiun berseteru dalam persoalan
syariat dan hukum. Demikian juga, mereka berseteru dalam menentukan korban yang
harus mereka raih di haikal itu. Kaum Farisiun berpendapat bahawa haiwan-haiwan
korban itu harus dibeli dari harta haikal sedangkan kaum Shaduqiyun menganggap
bahawa harta dari haikal adalah hak mereka. Oleh kerana itu, mereka menganggap
bahawa haiwan korban itu harus dibeli dengan jumlah tersendiri. Begitu juga
kaum Farisiun mewajibkan untuk membakar haiwan yang disembelih di atas tempat
penyembahan, sedangkan kaum Shaduqiyun mereka mengambil haiwan sembelihan ini
untuk diri mereka sendiri.
Di dalam Talmud disebutkan bahawa kaum
Shaduqiyun menjual merpati di toko-toko mereka yang mereka miliki. Mereka
sengaja memperbanyak kesempatan-kesempatan yang diharuskan di dalamnya untuk
mengorbankan burung-burung merpati sehingga harga seekor burung merpati saja
mencapai beberapa Dinar. Melihat hal itu, salah satu tokoh Farisiun yaitu
Sam'an bin Amlail mengeluarkan fatwa yang intinya mengurangi
kesempatan-kesempatan yang diharuskan di dalamnya seseorang menyerahkan merpati
sebagai korban. Setelah itu, harga burung cuma mencapai seperempat Dinar.
Pergelutan antara kedua kelompok itu mendatangkan pukulan berat bagi pemilik
toko yang menyimpan burung merpati terutama anak-anak dari kepala pendeta.
Nabi Isa memperhatikan apa yang terjadi
di sekelilingnya; Nabi Isa melihat kaum fakir yang tidak mampu membeli haiwan
korban sehingga mereka tidak mampu berkorban; Nabi Isa melihat bagaimana para
pendeta memperlakukan mereka dan memangsa mereka seperti serigala yang buas.
Nabi Isa berfikir di dalam dirinya, mengapa binatang-binatang itu mereka bakar
lalu dagingnya menjadi asap di udara, padahal di sana terdapat ribuan kaum
fakir yang mati kelaparan? Mengapa mereka mengira bahawa Allah SWT redha ketika
tempat penyembelihan dilumuri dengan darah, lalu haiwan korban itu dibawa ke
rumah-rumah para pendeta dan toko-toko mereka untuk dijual? Mengapa orang-orang
fakir banyak berhutang dan mengeluarkan banyak wang untuk membeli
binatang-binatang korban? Mengapa binatang-binatang korban itu harus dimiliki
dan hanya dirawat oleh para pendeta lalu apa yang mereka lakukan dengan
wang-wang ini? Lalu, di manakah tempat orang-orang fakir di haikal itu?
Bukankah hal yang aneh ketika seseorang memasuki rumah dengan keharusan membawa
wang?
Nabi Isa pergi dari tempat penyembahan
itu dan ia meninggalkan kota menuju gunung. Dada Nabi Isa dipenuhi dengan
kecemburuan yang suci terhadap yang Maha Benar. Wajahnya tampak semakin pucat
ketika melihat berbagai macam kejahatan memenuhi dunia. Nabi Isa berdiri di
atas sebuah bukit dan beliau mulai melakukan solat. Titisan-titisan air mata
mulai berlinang dari pipinya dan jatuh ke bumi. Nabi Isa mulai merenung dan
menangis. Di sana terdapat bunga yang nyaris mati kerana kehausan lalu ketika
ia mendapatkan titisan air mata al-Masih, maka bunga itu mekar kembali dan
mendapatkan kehidupan. Titisan air mata al-Masih menyelamatkannya, sebagaimana
beliau akan menyelamatkan manusia dengan dakwahnya. Di malam yang penuh berkah
ini pula, dua orang Nabi yang mulia meninggalkan bumi, yaitu Nabi Yahya dan
Nabi Zakaria. Kedua Nabi itu dibunuh oleh penguasa. Sejak kepergian mereka
berdua, bumi kehilangan banyak dari kebaikan. Pada malam itu juga, turunlah
wahyu kepada Isa bin Maryam. Allah SWT memutuskan perintah- Nya agar ia memulai
dakwahnya.
Nabi Isa menutup lembaran halus dari
kehidupannya yaitu lembaran yang penuh dengan tafakur dan ibadah. Beliau
memulai perjalanannya yang berat dan penuh tantangan serta penderitaan: beliau
mulai berdakwah di jalan Allah SWT; beliau mulai membangun kerajaan yang tegak
berdasarkan kerendahan hati dan cinta. Kerajaan yang penguasanya bertujuan
untuk membebaskan dan menyucikan roh. Kerajaan yang memancarkan sikap rendah
diri dan cinta. Nabi Isa ingin menyelamatkan rohani. Ajaran Nabi Isa
berdasarkan keimanan terhadap hari kiamat dan kebangkitan. Nilai-nilai dan
pemikiran tersebut tidak ditemukan dalam kehidupan orang-orang Yahudi.
Syariat Musa menetapkan pemberlakuan
hukum qisas: barang siapa yang memukulmu di pipi sebelah kananmu, maka pukullah
pipi sebelah kanannya. Lalu bagaimanakah orang-orang Yahudi menerapkan hukum
qisas tersebut? Jika yang dipukul mampu untuk menghancurkan rumah orang yang
memukul, maka ia tidak perlu merasa puas hanya sekadar memukul pipi sebelah
kanannya, mamun jika ia tidak mampu, maka hendaklah ia memukul pipi sebelah
kanannya. Namun boleh jadi hatinya dipenuhi dengan dendam kerana ia tidak dapat
menghancurkan rumahnya.
Jadi, kebencian adalah pelabuhan tempat
bersinggahnya syariat Musa. Meskipun beliau adalah seorang Nabi yang merupakan
cermin cinta Ilahi yang besar namun syariatnya kini berada di bawah kekuasaan
hati-hati yang mati, yaitu hati-hati yang penuh dengan dendam dan kebencian.
Lalu, apa yang dilakukan Nabi Isa terhadap semua ini? Allah SWT telah
mengutusnya dan memperkuat Taurat yang dibawa oleh Musa sebagaimana Allah SWT
menurunkannya kepada Musa. Jadi, seorang nabi tidak menghancurkan tugas nabi sebelumnya.
Para nabi bagaikan satu mata rantai yang tujuannya adalah satu, yaitu
menciptakan kesucian dan mempertahankan kebenaran serta mengesakan Allah SWT.
Kemudian apa yang dilakukan Nabi Isa
terhadap syariat qisas tersebut? Yang jelas, tindakan yang dilakukan oleh Nabi
Isa murni dari ilham yang didapatinya dari Allah SWT. Nabi Isa mengembalikan
kaum kepada tujuan asli dari syariat. Nabi Isa mengembalikan mereka kepada
hikmah syariat yang asli. Nabi Isa mengembalikan mereka kepada cinta. Nabi Isa
tidak mengatakan sesuatu pun kepada orang yang memukul pipi sebelah kanannya.
Nabi Isa tidak berusaha untuk memukul pipi sebelah kanannya. Al-Masih justru
akan membalikkan pipi sebelah kirinya. Inilah syariat Nabi Isa yang tidak
berbeza sedikit pun dengan syariat Nabi Musa. Ia merupakan kedalaman yang
mengagumkan dari kedalaman syariat Nabi Musa. Nabi Isa ingin menetapkan kepada
kaum di sekelilinginya tentang sesuatu yang penting. Nabi Isa ingin memberitahu
mereka bahawa syariat bukan mengajari kalian untuk meletakkan dendam pada diri
kalian lalu kalian memukul lawan kalian. Syariat yang hakiki adalah, hendaklah
kalian menebar kasih sayang, pemaaf, dan cinta.
Terdapat banyak binatang-binatang buas
di hutan. Binatang-binatang itu mencintai diri mereka sendiri. Mereka
bermusuhan dan saling membunuh demi makanan dan minuman. Mereka memberikan
makan kepada anak- anaknya. Perbezaan antara manusia dan binatang adalah
perbezaan pada tingkat cinta. Haiwan tidak akan mampu melampaui darjat cintanya
kepada makhluk yang lain. Atau dengan kata lain, haiwan tidak dapat membagi
cintanya kepada jenis yang lain. Sedangkan manusia mampu melakukan hal itu. Di
situlah manusia mampu dapat mencapai kemuliaannya dan kemanusiaannya. Al-Masih
memberitahu kaumnya bahawa manusia tidak akan menjadi manusia sempurna kecuali
setelah ia mencintai orang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
"Aku mendengar bahawa dikatakan,
hendaklah engkau mencintai orang yang dekat denganmu dan membenci musuhmu,
sedangkan aku berkata kepada kalian, cintailah musuh kalian dan doakanlah orang
yang melaknati kalian. Berbuat baiklah kepada pembenci kalian dan solatlah
untuk orang-orang berbuat buruk kepada kalian." (Injil Mata).
Dakwah Nabi Isa datang dan menghapus
syariat Nabi Musa dalam bentuk luaran. Jika kita berusaha membandingkan dua
syariat tersebut dalam bentuk yang sederhana, maka pada hakikat-nya dakwah Nabi
Isa bertujuan untuk menghapus bidaah yang dilakukan oleh kaum Farisiun dan
Shaduqiun terhadap syariat Nabi Musa dan menunjukkan hakikat syariat ini dan
tujuan-tujuannya yang tinggi. Di tengah-tengah masa materialisme yang sangat
luar biasa dan dunia dipenuhi dengan penyembahan terhadap emas dan tersebarnya
berbagai macam kejahatan, muncullah dakwah al-Masih sebagai reaksi ideal yang
menunjukkan ketinggian dan kesucian. Al-Masih mengetahui bahawa ia mengajak
manusia untuk menciptakan perilaku ideal dalam kehidupan; Al-Masih menyedari
bahawa dakwahnya penuh dengan idealisme tetapi idealisme ini sendiri pada saat
yang sama merupakan solusi satu-satunya untuk mengubati kehidupan dari
kesengsaraan dan penyakit-penyakit menular; Al-Masih mengetahui bahawa tidak
semua manusia tidak mampu untuk mencapai puncak yang diisyaratkannya. Tetapi
paling tidak, hendaklah setiap orang berusaha sedikit mendaki sehingga ia
selamat.
Dakwah Nabi Isa terdiri dari kesudian
yang mengagumkan; dakwah Nabi Isa bertujuan untuk menyelamatkan roh atau dakwah
yang dapat dianggap sebagai pedoman perilaku individu, bukan suatu sistem
perincian-perincian tersebut dan hanya memfokuskan kepada sumber utama, yaitu
roh. Isa ingin menghidupkan rohani manusia dan membimbingnya untuk mencapai
cahaya Sang Pencipta. Oleh kerana itu, Isa datang dengan didukung oleh Ruhul
kudus. Ruhul kudus adalah Jibril. Kita tidak mengetahui bagaimana Allah SWT
memperkuat Isa dengan Roh Kudus: apakah Jibril menemaninya dan menyertainya
sepanjang pengutusannya? Jibril turun kepada nabi untuk menyampaikan risalah
atau membawa mukjizat atau justru mendatangkan hukuman atas kaumnya, tetapi ia
tidak bersama mereka sepanjang waktu. Oleh kerana itu, apakah memang Jibril
menemani Isa sehingga beliau diangkat ke langit?
Hampir saja hati menjadi tenang dengan
tafsiran ini kerana dalam kehidupan Nabi Isa terdapat sisi-sisi malaikat di
mana beliau mempunyai kemampuan yang luar biasa yang berupa mukjizat-mukjizat.
Bahkan kemampuan beliau sampai pada batas menghidupkan orang-orang mati dengan
izin Allah SWT. Begitu juga, beliau memiliki kemampuan yang luar biasa di mana
beliau dengan hanya meniupkan pada suatu tanah, maka tanah itu terbentuk
menjadi burung dan ia terbang dengan izin Allah SWT. Selain itu, Nabi Isa sama
sekali tidak mendekati wanita sepanjang hidupnya sehingga beliau diangkat oleh
Allah SWT. Beliau tidak menikah. Ini juga sifat malaikat di mana kita saksikan
bahawa sebahagian para nabi yang diutus oleh Allah SWT dan memiliki beberapa
wanita bahkan kitab-kitab Yahudi menyebutkan bahawa jumlah isteri- isteri nabi
mereka Sulaiman misalnya, mencapai seribu wanita.
Isa hidup dalam keadaan tenggelam dalam
ibadah seperti anak dari bibinya, yaitu Yahya. Jika Yahya khusyuk beribadah dan
tinggal di gunung dan gurun bahkan dia menginap di gua, maka hal itu adalah hal
yang alami baginya, sedangkan Isa hidup justru di tengah-tengah masyarakat
kota. Persoalannya adalah, bukan hanya Isa tidak terkait hubungan dengan
seorang wanita dan bukan hanya mukjizat-mukjizat yang diperolehnya yang luar
biasa yang berhubungan dengan roh, tetapi yang lebih dari itu adalah, bahawa
beliau didukung oleh Ruhul kudus sepanjang masa dakwahnya. Tentu itu adalah
nikmat yang tak seorang pun dari para nabi sebelumnya diberi. Allah SWT
berfirman:
"(Ingatlah), ketika Allah
mengatakan: 'Hai Isa putera Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada
ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan roh kudus. Kamu dapat berbicara
dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah)
di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat, dan Injil, dan (ingatlah
pula) di waktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan
izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang
sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah), waktu kamu menyembuhkan orang
yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan
seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur
(menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani
Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada
mereka keterangan- keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara
mereka berkata: 'Ini tidak lain hanya sihir yang nyata.' Dan (ingatlah), ketika
Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: 'Berimanlah kepada-Ku dan kepada
rasul-Ku.' Mereka menjawab: 'Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul)
bahawa sesungguhnya kami adalah orang- orang yang patuh (kepada
seruanmu).'" (QS. al-Maidah: 110-111)
Ayat-ayat tersebut menyebutkan lima
mukjizat Nabi Isa. Pertama, bahawa beliau mampu berbicara dengan manusia saat
beliau masih di buaian. Kedua, beliau diajari Taurat dan Taurat yang diturunkan
kepada Nabi Musa telah tersembunyi dan telah mengalami perubahan yang dilakukan
oleh orang-orang cerdik dari kaum Yahudi. Ketiga, beliau membentuk tanah
seperti burung kemudian meniupkannya lalu tanah itu menjadi burung. Keempat,
beliau mampu menghidupkan orang-orang yang mati. Kelima, beliau mampu
menyembuhkan orang yang buta dan orang yang belang. Terdapat mukjizat yang
keenam yang disebutkan dalam Al-Quran al-Karim:
"(Ingatlah), ketika
pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putera Maryam, bersediakah Tuhanmu
menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' Isa menjawab: 'Bertakwalah kepada
Allah jika betul- betul kamu orang yang beriman.' Mereka berkata: 'Kami ingin
memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahawa
kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang
menyaksikan hidangan itu.' Isa putera Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami,
turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya)
akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan
yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah
kami dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama.' Allah berfirman:
'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barang siapa yang
kafir di antaramu sesudah (turun hidangan) itu, maka sesungguhnya Aku akan
menyeksanya dengan seksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di
antara umat manusia.'" (QS. al-Maidah: 112-115)
Mukjizat yang keenam itu adalah turunnya
makanan dari langit kerana permintaan Hawariyin. Juga terdapat mukjizat yang ke
tujuh yang terdapat surah Ali 'Imran yaitu beliau diberi kemampuan melihat
hal-hal yang ghaib melalui panca inderanya meskipun beliau tidak menyaksikannya
secara langsung. Oleh kerana itu, beliau memberitahu kepada sahabat-sahabatnya
dan murid-muridnya apa yang mereka makan dan apa yang mereka simpan di
rumah-rumah mereka:
"Dan aku khabarkan kepadamu apa
yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang
demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu
benar-benar beriman. " (QS. Ali 'Imran:: 49)
Inilah mukjizat Nabi Isa yang ke tujuh
yang didahului oleh mukjizat kelahirannya yang sangat mengagumkan. Beliau lahir
tanpa seorang ayah, lalu diikuti mukjizat berikutnya di mana beliau diangkat
dari bumi ke langit ketika penguasa yang lalim berusaha menyalibnya. Barangkali
pembaca akan bertanya-tanya: mengapa mukjizat-mukjizat seperti ini diperoleh oleh
Nabi Isa? Kita mengetahui bahawa mukjizat adalah hal yang luar biasa yang Allah
SWT berikan kepada nabi-Nya. Tetapi pemberian itu menjadi sempurna jika
mukjizat itu disesuaikan dengan keadaan zaman diutusnya nabi tersebut sehingga
mukjizat itu sangat berpengaruh dalam jiwa kaum dan mampu menggoncangkan hati
mereka dan menjadikan mereka beriman kepada pemilik mukjizat ini. Jadi,
mukjizat menjadi suatu hal yang luar biasa. Oleh kerana itu, Allah SWT
berkehendak agar mukjizat ini sesuai dengan zaman diutusnya nabi tersebut.
Jadi, setiap mukjizat yang dibawa oleh
rasul selalu berlain-lainan. Nabi Saleh diutus di tengah-tengah kaum yang
melihat bagaimana seekor unta yang melahirkan dari gunung atau mampu membelah
batu-batuan gunung. Sedangkan Nabi Musa diutus di tengah-tengah kaum yang gemar
memainkan sihir sehingga sihir mendapat tempat istimewa. Oleh kerana itu,
mukjizat yang dibawa oleh Nabi Musa bentuk lahirnya seakan-akan menyerupai
sihir, tetapi pada hakikatnya ia justru menjatuhkan sihir. Mukjizat itu berupa
tongkat yang menjadi ular dan kemudian ular itu memakan tongkat-tongkat para
tukang sihir.
Lain halnya dengan Nabi Isa, beliau
diutus di tengah-tengah kaum materialis yang mengingkari roh dan hari
kebangkitan. Mereka menduga bahawa manusia hanya sekadar tubuh tanpa roh.
Mereka adalah kaum yang meyakini bahawa darah makhluk adalah rohnya atau
jiwanya. Taurat yang ada di tangan Yahudi menyebutkan bahawa tafsir an-Nafst
adalah darah. Disebutkan di dalamnya: "Janganlah engkau memakan darah dari
tubuh manusia kerana jiwa setiap tubuh adalah darahnya. "
Nabi Isa diutus di tengah-tengah kaum
yang mereka disesatkan oleh falsafah yang dasarnya mengatakan bahawa penciptaan
alam memiliki sumber pertama, seperti sebab dari akibat. Jadi, alam memiliki
wujud yang mendahuluinya. Di tengah-tengah masa yang materialis ini, di mana
roh diingkari, maka secara logik mukjizat Nabi Isa terkait dengan usaha
menunjukkan alam rohani. Demikianlah Isa dilahirkan tanpa seorang ayah.
Mukjizat ini cukup untuk membungkam kaum yang mengatakan bahawa alam memiliki
sumber pertama. Jelas bahawa alam tidak memiliki wujud yang mendahuluinya. Kita
berada di hadapan Sang Pencipta yang mengadakan sistem bagi segala sesuatu dan
menjadikan sebab bagi segala sesuatu. Dia menjadikan proses kelahiran anak
berasal dari hubungan laki-laki dan wanita, tetapi Pencipta ini sendiri
menciptakan sebab-sebab dan sebab-sebab itu tunduk kepadanya sedangkan Dia
tidak tunduk kepada sebab-sebab itu. Dengan kehendak- Nya yang bebas, Dia mampu
memerintahkan kelahiran anak tanpa melalui ayah sehingga anak itu lahir. Dan,
kelahiran Isa pun terjadi tanpa seorang ayah. Cukup ditiupkan roh kepadanya:
"Lalu Kami tiupkan ke dalamnya
(tubuhnya) roh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan
Allah) yang besar bagi semesta alam. " (QS. al-Anbiya': 91)
Kelahiran Isa membawa mukjizat yang luar
biasa yang menegaskan dua hal: pertama, kebebasan kehendak Ilahi dan ketidak
terkaitannya dengan sebab kerana Dia adalah Pencipta sebab-sebab, kedua
pentingnya roh dan menjelaskan kedudukannya serta nilainya di antara kaum yang
hanya mementingkan fizik sehingga mereka mengingkari roh. Seandainya kita
mengamati sebahagian besar mukjizat Nabi Isa, maka kita akan melihatnya dan
mendukung pandangan tersebut. Misalnya, mukjizat Nabi Isa yang mampu membentuk
tanah seperti burung lalu beliau meniupkannya sehingga tanah itu menjadi
burung. Mukjizat ini pun menguatkan adanya roh. Semula ia berupa tanah yang
bersifat fizik yang tidak dapat disifati dengan kehidupan tetapi ketika Nabi
Isa meniupnya, maka segenggam tanah itu menjadi burung yang memiliki kehidupan,
Sungguh sesuatu yang bukan fizik masuk ke dalamnya. Sesuatu itu adalah roh. Roh
itu masuk ke dalam tanah sehingga ia menjadi burung. Jadi, roh adalah nilai
yang hakiki, bukan jasad atau fizik. Di samping itu, juga ada mukjizat
menghidupkan orang-orang yang mati. Bukankah ini juga menunjukkan adanya roh
dan adanya hari akhir atau hari kebangkitan. Orang yang mati telah ditelan oleh
bumi di mana anggota tubuhnya telah hancur berantakan sehingga ia hampir
menjadi tulang-belulang yang hancur lalu al-Masih memanggilnya dan tiba-tiba
dia hidup kembali dan bangkit dari kematiannya.
Seandainya orang yang mati hanya berupa
fizik sebagaimana dikatakan orang-orang Yahudi, maka ia tidak akan mampu
bangkit dari kematiannya kerana fiziknya telah hancur tetapi mayat itu mampu
bangkit dari kematian. Jayanya kembali hidup dan ia bangkit dari kuburannya
serta berbicara. Jadi, roh adalah nilai yang hakiki. bukan fizik atau jasad.
Kalau begitu, di sana terdapat hari kebangkitan dan hari kiamat. Hal ini
bukanlah mustahil sebagaimana yang dikatakan orang-orang Yahudi, kerana setelah
kematian jasad menjadi tanah yang berterbangan di udara. Itu bukan mustahil
tetapi mungkin-mungkin saja. Dalil dari hal itu adalah, kebangkitan orang-orang
yang telah mati di hadapan mata kepala mereka sendiri. Nabi Isa telah
menghidupkan mereka agar kaumnya yakin bahawa kiamat fizik akan terjadi dari
kematian dan itu adalah benar dan bahawa hari akhir adalah benar.
Juga terdapat mukjizat yang lain, yaitu
beliau mampu memberi tahu kaumnya tentang apa yang mereka simpan di rumah-rumah
mereka, tanpa terlebih dahulu beliau masuk ke rumah mereka atau dapat bocoran
dari seseorang. Mukjizat ini menetapkan bahawa panca indera bukanlah nilai yang
hakiki. Nabi Isa tidak melihat apa yang ada di rumah mereka tetapi rohnya mampu
untuk melihat dan berbicara atau memberitahu mereka. Jadi, rohani adalah nilai
yang hakiki, bukan fizik. Demikianlah mukjizat-mukjizat Isa datang untuk memberitahukan
pentingnya roh dan kebebasan kehendak Ilahi. Mukjizat-mukjizat Nabi Isa -
sebagaimana dikatakan oleh guru kami Muhammad Abu Zahra' - termasuk dari jenis
propagandanya dan sesuai dengan tujuan risalahnya, yaitu dakwah untuk mendidik
rohani dan keimanan kepada hari kebangkitan dan hari kemudian, dan di sana ada
kehidupan lain di mana seseorang yang berbuat baik akan dibalas kebaikannya dan
orang yang berbuat buruk akan dibalas keburukannya.
Lalu, apakah mukjizat menghidupkan
orang-orang yang mati masih memberikan celah kepada para pengingkaran akhirat
untuk terus mengingkarinya atau memberikan ruangan kepada penentang hari
kebangkitan untuk meneruskan penentangannya? Kami telah mengatakan bahawa
orang-orang Yahudi telah diracuni dengan fikiran ketidakpercayaan atau
penentangan pada hari akhirat serta tidak beriman kepada hari akhir, maka
menghidupkan orang-orang yang mati yang dibawa atau dikuasai oleh Isa menjadi
suatu pukulan telak bagi mereka yang membuat mereka beriman, tetapi mereka
masih menentang tanda-tanda kebesaran Allah.
Nabi Isa menutup lembaran kehidupannya
yang lembut dan ia mulai berdakwah di jalan Allah. Beliau didukung oleh Ruhul
kudus dan mukjizat-mukjizat yang luar biasa. Al-Quran al-Karim menceritakan
kepada kita bahawa esensi dakwah al-Masih tidak banyak berubah dari esensi
dakwah para nabi sebelumnya, yaitu menyuarakan Islam yang intinya adalah
menebarkan tauhid yang sempurna hanya serta menyerahkan diri kepada Allah:
"Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian."
Al-Quran memberitahu kita bahawa yang
mengatakan kalimat tersebut adalah Isa. Kalimat tersebut adalah kalimat yang
sama yang pernah disampaikan seluruh nabi, meskipun nama mereka, sifat mereka,
mukjizat mereka, baju mereka, bahasa mereka, usia mereka, bentuk mereka, dan
warna kulit mereka tidak sama. Mereka semua bersepakat untuk menyuarakan Islam
dan hanya menyerahkan diri kepada Allah SWT serta beriman bahawa Allah SWT
adalah Tuhan mereka dan Tuhan alam semesta. Tiada sekutu bagi-Nya dan tiada
yang setara dengan-Nya. Dia Maha Esa yang tidak beranak dan tidak diperanakkan
dan tiada sesuatu pun yang menyerupai-Nya.
Isa tidak mengatakan persoalan tauhid
lebih banyak atau lebih sedikit dari apa yang pernah disampaikan oleh para
nabi. Al-Quran datang kira- kira setelah lima ratus tahun dari pengangkatan
Nabi Isa. Allah SWT, melalui ilmu-Nya yang azali mengetahui apa yang terjadi di
tengah- tengah kaum Masehi di mana mereka berselisih tentang hakikat Isa. Oleh
kerana itu, Al-Quran al-Karim berusaha menyingkap dialog mereka yang belum
terjadi. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Allah
berfirman: 'Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia:
'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?' Isa menjawab: 'Maha
Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku
(mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah
mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak
mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui
perkara yang ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang
Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku,
dan Tuhanmu,' dan aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara
mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan
Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.'" (QS. al-Maidah:
116-117)
Al-Quran secara tegas mengatakan bahawa
dakwah al-Masih adalah dakwah tauhid. Al-Quran ingin mengatakan bahawa al-Masih
terlepas dari segala tuduhan yang dialamatkan kepadanya, yaitu tuduhan bahawa
ia anak Tuhan atau ia justru tuhan itu sendiri. "Aku tidak pernah
mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku
(mengatakannya) yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu."
Nabi Isa pergi berdakwah di jalan Allah
SMT. Inti dakwahnya adalah, bahawa tidak ada perantara antara Pencipta dan
makhluk; tidak ada perantara antara seorang penyembah dan yang disembah. Allah
SWT menurunkan kitab Injil kepada Nabi Isa. Ia adalah kitab suci yang datang
untuk membenarkan Taurat dan berusaha menghidupkan syariatnya yang pertama.
Injil adalah cahaya, petunjuk, dan peringatan bagi orang-orang yang bertakwa.
Nabi Isa ingin meluruskan tafsiran orang-orang Yahudi terhadap syariat di mana
mereka menyampaikan tafsir dari syariat itu secara harfiah dan sesuai dengan
kepentingan mereka. Nabi Isa menenangkan orang-orang yang menjaga syariat
bahawa ia tidak datang untuk menghilangkan syariat, tetapi ia datang untuk
menyempurnakannya dan menyelesaikan tugas para nabi. Namun Isa lebih menekankan
pada penafsiran esensinya, bukan kepada bentuk lahiriahnya.
Nabi Isa memberi pengertian kepada
orang-orang Yahudi bahawa sepuluh wasiat yang dibawa oleh Isa mengandung
makna-makna yang lebih dalam dari apa yang mereka bayangkan. Wasiat yang keenam
bukan hanya melarang pembunuhan materi, sebagaimana yang mereka fahami tetapi
juga menyangkut penindasan dan usaha mencelakakan orang lain. Sedangkan wasiat
yang ke tujuh bukan hanya melarang zina (dalam pengertian terjadinya hubungan
antara laki-laki dengan perempuan melalui cara-cara yang tidak sah), tetapi
zina berarti segala bentuk perbuatan yang menjurus kepada dosa. Misalnya,
ketika mata diarahkan kepada lawan jenis disertai syahwat dan hasrat seksual,
maka itu pun berarti zina. Nabi Isa berkata: "Sesungguhnya lebih baik bagi
manusia untuk menghindarkan matanya dari sesuatu yang dapat menghancurkannya
daripada ia harus hancur dengan mata itu sendiri. Syariat yang dibawa oleh Isa
melarang untuk melanggar sumpah dan janji Nabi Isa memberi pengertian kepada
kaumnya bahawa hendaklah mereka tidak melakukan sumpah palsu kerana merupakan
"kesalahan besar jika nama Allah dibuat main-main di atas mulut-mulut
manusia." (Injil Mata 21 sampai 48).
Dakwah Nabi Isa juga berbenturan dengan
arus materialisme yang sangat mendominasi masyarakat saat itu. Oleh kerana itu,
beliau mengingatkan manusia dari perbuatan munafik, pamrih, tamak, dan gila
pujian. Begitu juga beliau mengingatkan mereka dari sifat rakus terhadap
kekayaan dunia; beliau mengingatkan agar jangan sampai mereka menimbun harta di
dunia. Yakni, hendak lah mereka tidak memfokuskan perhatian mereka pada
urusan-urusan duniawi semata yang sifatnya tidak abadi. Tetapi hendaklah mereka
memfokuskan perhatian mereka pada hal-hal yang bersifat samawi (ukhrawi) kerana
itu bersifat abadi.
Nabi Isa memberitahu kepada
masyarakatnya agar mereka menjadi orang-orang yang teliti saat memilih gaya
hidup mereka kerana pada gilirannya akal mereka akan menjadi cermin darinya.
Kecenderungan manusia itu terkait kuat dengan hatinya. Jika hati tertuju kepada
cahaya langit, maka kehidupan manusia akan tampak bersinar tetapi jika hati
tertuju pada kegelapan dunia, maka kehidupannya pun tampak gelap. Nabi Isa
mengingatkan kaumnya dari sikap pamrih dan cinta dunia. Beliau mengajak mereka
untuk teliti dalam memilih majikan yang mereka mengabdi kepadanya kerana
manusia tidak dapat mengabdi kepada dua majikan dalam satu waktu. Boleh jadi ia
akan menjadikan harta sebagai majikannya, atau boleh jadi ia akan menjadikan
Allah SWT sebagai tuannya. Jika ia menyembah harta, maka berarti ia jauh dari
penyembahan terhadap Tuhannya. Oleh kerana itu, hendaklah manusia menjauhi
dunia, seperti makanan dan pakaian di mana mereka akan dikuasai oleh
kegelisahan dan ketidaktenangan serta keraguan tentang penjagaan Allah SWT
kepada mereka. Allah SWT telah berjanji untuk memenuhi kebutuhan
hamba-hamba-Nya dalam kehidupan. Ketika timbul kegelisahan dan keraguan pada
diri mereka, maka itu dikeranakan keraguan mereka terhadap penjagaan Allah SWT
dan ketidakpercayaan mereka kepada janji-janjinya dan rahmat-Nya serta
bimbingan-Nya. Allah SWT lah yang menciptakan mereka dan Dia pula yang menjamin
kehidupan mereka dan melindungi mereka. Bahkan Dia juga melindungi makhluk yang
paling kecil urusannya seperti burung di langit dan kumbang-kumbang di kebun.
Nabi Isa memberitahu kaumnya bahawa
hanya memperhatikan dunia adalah hal yang salah, yang tidak pantas dilakukan
oleh orang-orang yang beragama. Itu adalah sikap para penyembah berhala kerana
penyembah berhala tidak mengetahui apa yang lebih baik darinya, sedangkan
orang- orang yang beragama mengetahui bahawa di sana terdapat bimbingan Ilahi
yang mengajak mereka untuk percaya kepada Allah SWT dan tidak begitu peduli
dengan dunia. Allah SWT mengetahui kebutuhan-kebutuhan mereka lebih daripada
apa yang mereka ketahui; Allah SWT akan melindungi mereka dan akan menjamin
kehidupan mereka. kerana itu, yang layak bagi mereka adalah, hendaklah mereka
memohon agar diberi kekuasaan Allah SWT dan kebaikan dari-Nya. Yakni kehidupan
rohani dan apa yang dikandungnya dari kebahagiaan abadi.
Di samping itu, Nabi Isa menasihati
mereka agar jangan terlalu pusing dengan kejadian-kejadian yang akan datang dan
persoalan-persoalan esok hari kerana esok hari sudah berjalan sebagaimana
mestinya. Jika kebutuhan dan penderitaan datang silih berganti, maka bantuan
dan perlindungan Ilahi pun terus datang silih berganti. Dakwah Nabi Isa juga
berbenturan dengan dualisme yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat. Kita
saksikan sebagaimana mereka suka mendapatkan kebaikan yang ditujukan kepada
diri mereka, maka mereka pun biasa untuk melakukan kejahatan kepada orang-orang
lain. Demikianlah, kehidupan orang-orang Yahudi dicemari sikap dualisme ini.
Nabi Isa mewasiatkan kepada manusia agar mereka memperlakukan sesama mereka
sesuai dengan akidah yang mengatakan: "Perlakukanlah orang lain
sebagaimana engkau memperlakukan dirimu sendiri"
Nabi Isa terus melangsungkan dakwahnya
dan mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT serta tidak menyekutukan-Nya,
sebagaimana beliau juga mengajak manusia untuk membersihkan rohani serta hati
dan berusaha memasuki kerajaan langit. Dakwah Nabi Isa itu sangat memukul
kalangan para pendeta Yahudi. Kalimat-kalimat yang dilontarkan Nabi Isa
bagaikan senjata yang siap menerpa wajah mereka dan menyatakan peperangan
terhadap mereka serta menyingkap kedok kemunafikan mereka. Mula-mula
pemerintahan Romawi tidak turut campur dalam masalah tersebut kerana mereka
melihat bahawa itu hanya sekadar perselisihan dalaman antara kelompok-kelompok
Yahudi. Bagi mereka, selama orang-orang Yahudi sibuk dengan masalah mereka
sendiri dan tidak peduli dengan kekuasaan, mereka pun tidak turut campur.
Kemudian para pendeta Yahudi mulai merancang
suatu persekongkolan untuk menyingkirkan Isa. Mereka ingin mengusir Isa dan
membuktikan bahawa Isa datang untuk menghancurkan syariat Musa. Syariat Musa
memutuskan untuk merejam wanita yang berzina. Para pendeta Yahudi menghadirkan
wanita yang salah yang berhak direjam. Mereka berkumpul di sekeliling Isa dan
bertanya kepadanya: "Tidakkah syariat menetapkan untuk merejam wanita yang
bersalah?" Isa menjawab: "Benar," Mereka berkata: "Ini
adalah wanita yang bersalah." Isa memandang wanita itu dan ia pun melihat
para pendeta Yahudi. Isa mengetahui bahawa para pendeta Yahudi lebih banyak
kesalahannya daripada wanita tersebut. Para pendeta itu menunggu jawapan Isa.
Jika ia mengatakan bahawa wanita itu tidak berhak dibunuh, maka berarti ia
menentang syariat Musa, dan jika ia mengatakan bahawa ia berhak dibunuh, maka
ia justru menghancurkan dirinya sendiri yang membawa syariat cinta dan
toleransi. Nabi Isa memahami bahawa ini adalah persekongkolan. Beliau tersenyum
dan wajahnya tampak bercahaya. Kemudian beliau melihat para pendeta Yahudi dan
wanita itu sambil berkata: "Barang siapa di antara kalian yang tidak
memiliki kesalahan, maka hendaklah ia merejam wanita itu."
Suara beliau yang keras itu memecahkan
keheningan tempat penyembahan. Beliau menetapkan peraturan baru yang
berhubungan dengan hukum yang dijatuhkan kepada orang yang berbuat salah.
Hendaklah orang yang tidak berbuat salah menghukum orang yang salah dan tidak
berhak seseorang pun dari kalangan manusia untuk menghukum orang yang bersalah
jika ia sendiri bersalah, tetapi yang menghukumnya adalah Allah SWT yang Maha
Suci dan Maha Tinggi dan Allah SWT adalah Maha Pengasih di antara yang
mengasihi.
Nabi Isa keluar dari tempat penyembahan
itu. Tiba-tiba, wanita itu mengejar dari belakangnya. Lalu wanita itu
mengeluarkan dari pakaiannya satu botol dari minyak yang berharga. Ia berdiri
di depan Isa dan menjatuhkan dirinya di atas kedua kaki Isa lalu menciumnya dan
membasuhnya dengan minyak wangi dan air mata. Setelah itu, ia mengeringkan
kedua kakinya dengan rambutnya. Bagi wanita itu, al- Masih mempakan harapan
terakhir yang dapat menyelamatkannya. Lalu keluarlah dari belakang Isa seorang
tokoh pendeta Yahudi. Ia berdiri menyaksikan pemandangan tersebut dan ia merasa
kagum terhadap kasih sayang Isa. Isa melihat kepadanya dan bertanya;
"Seorang kreditor yang memiliki dua orang debitor, salah satunya berhutang
lima ratus dinar dan yang lain lima puluh dinar." Pendeta itu berkata:
"Ya." Isa berkata: "Tak seorang pun dari mereka berdua yang
memiliki wang yang cukup untuk melunasi wangnya. Lalu si kreditor memaafkan
mereka dan membebaskan mereka dari hutang." Pendeta berkata:
"Ya." Kemudian Isa bertanya: "Siapa di antara mereka yang paling
senang kepada kreditor itu?" Pendeta menjawab: "Tentu yang berhutang
lebih besar.'' Isa berkata: "Benar apa yang engkau ucapkan. Lihatlah
wanita ini. Aku telah masuk ke rumahmu tetapi engkau tidak memberikan kepadaku
air agar aku dapat membasuh wajahku, tetapi wanita itu membasuh kedua kakiku
dengan air mata lalu ia mengusapnya dengan rambut kepalanya. Begitu juga engkau
tidak memberikan ciuman kepadaku tetapi wanita ini tidak merasa puas dengan
hanya mencium kedua kakiku. Jadi, hatimu sungguh sangat keras tetapi hati
wanita itu dipenuhi dengan rasa cinta. Maka barang siapa yang banyak mencintai
nescaya kesalahan-kesalahannya akan diampun." Kemudian Isa menoleh ke
wanita itu dan memerintahkannya untuk bangkit dari tanah sambil berkata:
"Ya Allah, ampunilah wanita ini dan hilangkanlah
kesalahan-kesalahannya."
Nabi Isa berusaha menyedarkan para
pendeta Yahudi bahawa para dai yang menyeru di jalan Allah SWT bukanlah algojo
yang bengis yang menerapkan hukum syariat tanpa melihat keadaan masyarakat yang
bersalah, tetapi mereka datang dan membawa ajaran Allah SWT yang merupakan
ajaran yang penuh dengan rahmat kepada manusia. Jadi, rahmat adalah tujuan
semua dakwah Ilahi ini. Bahkan diutusnya para nabi itu sendiri mengandung
rahmat Allah SWT terhadap kaum mereka.
Isa terus berdoa kepada Allah SWT agar
merahmati kaumnya. Beliau menyuruh kaumnya agar menyayangi diri mereka sendiri
dan beriman kepada Allah SWT. Kehidupan Nabi Isa menggambarkan kezuhudan dan
ketaatan dalam ibadah. Mu'tamar bin Sulaiman berkata, sebagaimana diriwayatkan
Ibnu 'Asakir: "Nabi Isa menemui kaumnya dengan memakai pakaian dari wol.
Beliau keluar dalam keadaan tidak beralas kaki sambil menangis serta wajahnya
tampak pucat kerana kelaparan dan bibimya tampak kering kerana kehausan. Nabi
Isa berkata, "salam kepada kalian wahai Bani Israil. Aku adalah seseorang
yang meletakkan dunia di tempatnya sesuai dengan izin Allah SWT, tanpa
bermaksud membanggakan diri. Apakah kalian mengetahui di mana rumahku?"
Mereka menjawab: "Di mana rumahmu wahai Ruhullah?"
Nabi Isa menjawab: "Rumahku adalah
masjid, wewangianku adalah air makananku adalah rasa lapar, pelitaku adalah
bulan di waktu malam dan solatku di waktu musim dingin di saat matahari
terletak di timur, bungaku adalah tanaman-tanaman bumi, pakaianku terbuat dari
wol, syiarku adalah takut kepada Tuhan Yang Maha Mulia, teman-temanku adalah
orang-orang yang fakir, orang-orang yang sakit, dan orang-orang yang miskin.
Aku memasuki waktu pagi dan aku tidak mendapati sesuatu pun di rumahku begitu
juga aku memasuki waktu sore dan aku tidak menemukan sesuatu pun di rumahku.
Aku adalah seseorang yang jiwanya bersih dan tidak tercemar. Maka siapakah yang
lebih kaya daripada aku?"
Isa terus melakukan dakwahnya. Ia
didukung oleh mukjizat dari Allah SWT. Nabi Isa mampu membuat bentuk burung
dari tanah kemudian ia meniupnya, maka tanah itu menjadi burung dengan izin
Allah SWT. Selain itu, hujung bajunya yang sederhana jika tersentuh orang yang
sakit, maka orang itu akan sembuh. Bahkan jika Isa meletakkan tangannya di atas
mata orang yang buta atau orang yang terkena sakit belang nescaya ia akan
sembuh. Jadi, Nabi Isa didukung oleh mukjizat yang luar biasa. Bahkan beliau
mampu menghidupkan orang-orang yang mati dari kuburan mereka sehingga mereka
keluar dalam keadaan hidup dengan izin Allah SWT.
Para ahli tafsir mengatakan bahawa Nabi
Isa menghidupkan empat orang. Pertama, al-Azir yaitu temannya. Kemudian dua
orang anak laki-laki dari seorang tua, dan seorang anak perempuan satu-satunya
dari seorang ibu. Mereka adalah tiga orang yang mati di zaman Nabi Isa. Ketika
orang- orang Yahudi melihat hal tersebut, mereka berkata: "Engkau
menghidupkan orang-orang yang mati dan kematian mereka tidak lama .Barangkali
mereka tidak mati tapi mereka sekadar mengalami keadaan tidak sedarkan diri
atau mati suri. Lalu mereka meminta kepada Nabi Isa untuk membangkitkan Sam bin
Nuh dari kematiannya.
Para ahli tafsir mengatakan bahawa Nabi
Isa bertanya kepada mereka, "Di manakah kaum kuburan Sam bin Nuh?"
Mereka keluar bersama Isa sehingga mereka mencapai kuburan. Lalu Nabi Isa
berdoa kepada Allah SWT agar menghidupkan orang yang mati di situ. Sam bin Nuh
keluar dari kuburannya, dan rambut dikepala-nya tampak beruban. Isa berkata
kepadanya: "Bagaimana rambut di kepalamu bisa beruban, sementara di
zamanmu kau tidak. ada uban," Sam berkata: "Ya Ruhullah, aku
mendengar engkau berdoa untukku lalu aku mendengar suara yang mengatakan, aku
akan mengabulkan wahai Ruhullah. Aku mengira bahawa kiamat telah tiba. kerana
takutnya kepada hal itu sehingga rambut di kepalaku beruban."
Apa pun yang dikatakan berkaitan dengan
cerita itu yang menyebutkan tentang bagaimana Nabi Isa menghidupkan orang-orang
yang mati, namun kita tidak mengetahui konteks Al-Qu'ran serta
perincian-perincian yang menjelaskan hal tersebut. Allah SWT hanya menyebutkan
bahawa Isa menghidupkan orang-orang yang mati dengan izin-Nya. Kita percaya
bahawa Nabi Isa mampu menghidupkan mereka tetapi kita tidak mengetahui apakah
mereka mati kembali setelah dihidupkan atau mereka sempat menjalani kehidupan
selama beberapa saat. Nabi Isa terus berjalan di jalan Allah SWT. Beliau
membuat bagi mereka apa yang disebut dengan hukum roh. Beliau menaiki gunung
dan para sahabat- sahabatnya berdiri di sekitarnya. Nabi Isa melihat
orang-orang yang beriman kepadanya yang terdiri dari orang-orang yang fakir,
orang-orang yang menderita, dan orang- orang yang sedih. Jumlah mereka sedikit
sebagaimana lazimnya jumlah para pengikut nabi.
Gunung diliputi dengan awan tipis dan
turunlah hujan gerimis. Isa mulai berbicara: "Sungguh beruntung bagi
orang-orang miskin kerana mereka memiliki kerajaan langit. Beruntunglah
orang-orang yang sedih kerana mereka akan menjadi orang-orang yang mulia.
Beruntunglah yang diserahi amanat kerana mereka akan mewarisi bumi.
Beruntunglah orang- orang yang lapar dan haus kerana mereka akan dikenyangkan.
Beruntunglah orang-orang yang menyayangi kerana mereka akan disayangi.
Beruntunglah orang-orang yang bersih hatinya kerana mereka akan melihat Allah
SWT. Beruntunglah orang-orang yang tertindas demi mempertahankan kebenaran
kerana mereka akan mendapatkan kerajaan langit. Kalian adalah garam bumi jika
garam telah rosak, maka siapa gerangan yang dapat mengembalikannya menjadi
garam kembali." Renungkanlah kedalaman ungkapan dari Nabi Isa,
"kalian adalah garam bumi."
Garam adalah sesuatu yang memberikan
rasa yang khusus dan tanpa garam makanan akan menjadi hambar. Yakni, tanpa
orang-orang mukmin, maka cita rasa kehidupan terasa tidak bermakna; tanpa
kehadiran orang-orang Muslim dan perbuatan mereka yang ikhlas terhadap Allah
SWT akan tampak kehidupan sangat berat dan tidak berarti. Di samping itu,
kehadiran manusia sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi pun sia-sia, dan
keagungan manusia sebagai hamba Allah SWT pun tidak bermakna, dan pada
gilirannya kehidupan akan dipenuhi dengan kejahatan dan keburukan.
Allah SWT teiah mewahyukan kepada
"garam bumi" agar mereka beriman kepada Nabi Isa. Allah SWT
berfirman:
"Dan (ingatlah), ketika Aku
ilhamkan kepada pengikut-pengikut Isa yang setia: 'Berimanlah kamu kepada-Ku
dan kepada rasul-Ku.' Mereka menjawab: 'Kami telah beriman dan saksikanlah
(wahai rasul) bahawa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada
seruanmu).'" (QS. al-Maidah: 111)
Al-Hawariyin mengakui kebenaran ajaran
Nabi Isa dan mereka menyatakan keislaman kepadanya, sebagaimana ratu Saba'
mengakui kebenaran ajaran Nabi Sulaiman dan menyatakan keislaman padanya, dan
sebagaimana semua para nabi menyatakan keislaman. Hakikat ajaran para nabi
terbatas kepada pernyataan keislaman dan semua nabi menyeru kepada jalan tauhid
dan jalan Islam. Islam dalam pandangan kami memiliki makna yang lebih dalam
daripada tauhid. Pengakuan seseorang terhadap Allah SWT dan keimanan akan
keesaan-Nya dalam menciptakan makhluk tidak mencegah orang itu untuk berbuat
dosa, sedangkan keislaman atau penyerahan hati dan anggota badan serta
pemikiran kepada Allah SWT merupakan suatu tingkatan sedikit lebih tinggi. Ini
adalah tingkat kepatuhan orang-orang yang patuh dan puncak ketauhidan
orang-orang yang bertauhid. Itu adalah keserasian antara tindakan dengan
fikiran, yaitu usaha manusia untuk menghindari kesalahan dan memurnikan amal
hanya untuk Allah SWT. Al-Quran al- Karim memberitahu kita bahawa Allah SWT
menyampaikan wahyu kepada al-Hawariyin agar mereka beriman kepadanya dan kepada
Rasul-Nya Isa.
Marilah kita renungkanlah sejenak
tentang wahyu Allah SWT terhadap Hawariyin. Kita mengetahui bahawa Allah SWT
mewahyukan kepada manusia dan kepada makhluk-makhluk lainnya. Allah SWT
berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu
mewahyukan kepada lebah..." (QS. an-Nahl: 68)
Yang dimaksud dengan wahyu di sini
adalah memberikan ilham kepada makhluk agar mereka menuju ke jalan fitrahnya
yang telah Allah SWT gariskan di atasnya sehingga mereka mencapai jalan
kesempurnaan. Tidakkah Anda ingat tentang jawapan Nabi Musa terhadap pertanyaan
Fira'un:
"Fir'aun berkata: 'Siapakah Tuhan
kamu berdua wahai Musa. " (QS. Thaha: 49)
"Musa berkata: 'Tuhan kami ialah
(Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya
kemudian memberinya petunjuk. " (QS. Thaha: 50)
Makna di sana dan di sini sama. Makna
yang sama tersebut diterapkan kepada kaum Hawariyin di mana wahyu Allah SWT
terhadap mereka berupa pemberian ilham kepada mereka demi kebaikan mereka dan
kebahagiaan mereka, dan wahyu ini tidak bertentangan dengan ikhtiar mereka dan
usaha mereka serta keinginan mereka, bahkan tidak bertentangan dengan kebebasan
mereka. Allah SWT telah melihat hati mereka yang dipenuhi dengan kebaikan. Dia
melihat mereka sebagai garam bumi, maka Allah SWT mewahyukan kepada mereka agar
beriman kepadanya dan rasul-Nya sehingga mereka pun beriman dan mereka pun
bersaksi bahawa mereka orang-orang yang berserah diri atau Muslim.
Tampaknya kaum Hawariyin menyembunyikan
keimanan mereka sehingga Isa merasakan kekufuran kaumnya semakin menjadi-jadi
lalu Isa memanggil mereka: "Siapakah di antara kalian yang menolong aku
menuju jalan Allah SWT?" Allah SWT berfirman:
"Maka tatkala Isa mengetahui
keingkaran dari mereka (Bani Israil) berkatalah dia: 'Siapakah yang akan
menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan (agama) Allah?' Para Hawariyin
(sahabat-sahabat setia) menjawab: 'Kamilah penolong-penolong (agama) Allah.
Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahawa sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang menyerahkan diri. Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa
yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, kerana itu masukkanlah
kami ke dalam golongan orang- orang yang menjadi saksi.'" (QS. Ali 'Imran:
52-53)
Nas Al-Quran menunjukkan bahawa Nabi Isa
mengajak mereka untuk mengikuti Islam sehingga mereka pun berserah diri; nas
Al-Quran menegaskan bahawa Nabi Isa menyampaikan khabar gembira dengan
kedatangan seorang rasul yang datang setelahnya yang bernama Ahmad. Dikatakan
dalam Al-Quran:
"Dan (ingatlah) ketika Isa putera
Maryam berkata: 'Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah
kepadamu, membenarkan kitab yang turun sebelumku, yaitu Taurat dan memberi
khabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku,
yang namanya Ahmad (Muhammad).' Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka
dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: 'Ini adalah sihir yang
nyata.'" (QS. Shaff: 6)
Kita tidak mengetahui secara pasti kapan
Nabi Isa menyampaikan khabar berita tentang kedatangan seorang rasul ini yang
datang setelah masanya, yaitu Ahmad saw. Apakah khabar berita itu beliau
sampaikan dipermulaan pengutusannya kepada manusia, atau apakah beliau
menyampaikan khabar itu pada akhir masa dakwahnya dan sebelum beliau diangkat
ke langit? Tetapi melihat konteks Al-Quran tampaknya khabar berita tersebut itu
disampaikan di permulaan dakwahnya, sebagaimana firman-Nya: "Maka tatkala
rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka
berkata: 'lni adalah sihir yang nyata.'"
Kata ganti (dhamir) dalam ayat tersebut
kembali kepada Nabi Isa. Ayat tersebut menunjukkan bahawa Nabi Isa menyampaikan
khabar gembira dengan datangnya Muhammad atau Ahmad ketika Allah SWT mengutus
kepada kaumnya. Kemudian terjadilah di hadapan Nabi Isa berbagai macam mukjizat
yang luar biasa seperti penghidupan orang yang mati, peniupan tanah, dan
sebagainya. Ketika Nabi Isa datang membawa bukti- bukti yang jelas ini, maka
mereka menuduhnya bahawa ia membawa sihir. Nabi Isa mengetahui bahawa tuduhan
semacam ini telah dialamatkan kepada sebahagian besar para nabi sebelumnya.
Beliau juga mengetahui bahawa nabi yang terakhir pun akan mendapatkan tuduhan
yang sama. Oleh kerana itu, nabi yang mulia itu tetap berdakwah di jalan Allah
SWT dan tidak peduli dengan tuduhan kaumnya yang mengatakan bahawa beliau
membawa sihir.
Kemudian pertentangan antara Nabi Isa
dan Bani Israil semakin meningkat. Mereka adalah orang-orang yang hatinya
keras, yang membeku di hadapan kebenaran. Isa datang kepada mereka dan
menghancurkan segala pemikiran mereka dan kehidupan mereka serta sistem mereka.
Sesungguhnya dakwah Nabi Isa terfokus kepada kebenaran, kedamaian dan keadilan
dan pada saat yang sama mengumumkan peperangan terhadap kehidupan orang-orang
yang lalim yang telah menjauhi kebenaran. keadilan, dan kedamaian. Injil Mata
menyebutkan melalui lisan Isa: "Janganlah kalian mengira bahawa aku
membawa kedamaian ke muka bumi. Aku tidak datang hanya membawa kedamaian tetapi
aku datang membawa pedang."
Kalimat tersebut menyiratkan hakikat
yang penting dari hakikat dakwah para nabi. Para nabi adalah pejuang sejati di
mana senjata yang mereka gunakan di medan peperangan beraneka ragam. tetapi
mereka pada hakikatnya adalah pejuang. Mereka memulai peperangan mereka dengan
satu pemikiran yaitu suatu tekad mengatakan bahawa tiada Tuhan selain Allah
SWT. Pemikiran itu tentu berbenturan dengan kepercayaan akan tuhan-tuhan yang
diyakini oleh manusia, baik tuhan-tuhan yang terbuat dari emas atau batu.
Pemikiran itu sangat mengganggu ketenangan orang-orang yang lalim atau penguasa
yang bengis serta sangat melawan kepentingan mereka, sehingga para raja dan
para penguasa seperti biasanya bergerak menentang nabi kecuali orang yang
mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Para pembesar dari kalangan kaum nabi
menentang nabi. Al-Mala' adalah para pembesar sebagaimana telah kami jelaskan
dalam kisah Nabi Nuh dan sesudahnya. Kemudian Nabi terus melangsungkan
peperangan mewujudkan tekadnya: Nabi meletakkan dasar peperangannya dengan
menyampaikan ketuhanan Allah SWT.
Setelah meneguhkan dasar yang kuat ini,
Nabi menetapkan keadilan. Tak seorang pun berhak untuk menghinakan seseorang
atau menjadikannya sebagai budak kerana penghambaan hanya pantas ditujukan
kepada Allah SWT. Manusia adalah sama di antara mereka sehingga tidak berhak
seseorang untuk memanfaatkan kekuatan manusia untuk membangun kejayaan
peribadinya atau untuk memperkaya dirinya dengan merugikan orang lain, atau
menghancurkan hak-hak mereka atau berbuat buruk terhadap mereka dalam berbagai
bentuknya. Jadi, inti dakwah para nabi berarti mengganti dan mengubah sistem
yang rosak yang didirikan oleh para pembesar kaumnya. Kalau begitu, ia adalah
dakwah yang menyatakan peperangan dan kerana itu seseorang nabi harus membawa
senjata. Setelah meneguhkan pemikiran tersebut, dimulailah peperangan. Seorang
nabi menggunakan pedang. Ia berlindung di balik senjata dan senjata yang
dimiliki oleh setiap nabi berbeza-beza.
Mula-mula seorang nabi tidak menggunakan
senjata apa pun dalam peperangannya selain berusaha untuk membangkitkan akal.
Lalu peperangan semakin meningkat sehingga nabi terpaksa untuk menggunakan
senjata. Para musuh memaksanya untuk menggunakan senjata sehingga para nabi pun
menggunakan senjata. Di sini setiap nabi mempunyai senjata yang berbeza-beza.
Terkadang senjata seorang nabi berupa mukjizat yang dapat menghentikan langkah
dan menghancurkan mereka seperti taufan (kisah Nabi Nuh) atau angin (kisah Nabi
Hud), dan terkadang senjata para nabi adalah mukjizat yang membantunya untuk
mengalahkan musuh-musuhnya secara pasti seperti ditundukkannya jin dan burung
baginya (kisah Nabi Sulaiman) dan senjata nabi berupa mukjizat yang
menyelamatkannya dari tipu daya musuh seperti berubahnya api menjadi sesuatu
yang dingin dan membawa keselamatan (kisah Nabi Ibrahim) dan terkadang senjata
nabi yang luar biasa yang memperkuat dakwahnya seperti menghidupkan orang-orang
yang mati (kisah Nabi Isa) dan terkadang senjata nabi berupa pedang yang
dipegang di tangannya saat ia melangsungkan peperangan dan mempertahankan
dakwahnya (kisah Nabi Muhammad saw).
Jadi, senjata para nabi berbeza-beza,
baik dalam bentuk kualiti mahupun kapasitinya. Allah SWT mengetahui kondisi
mereka lebih dari apa yang kita ketahui sehingga Allah SWT sangat tepat ketika
memilihkan senjata untuk setiap nabi. Dan tak seorang nabi pun yang tinggal di
suatu tempat sementara ia tidak berjuang dan tidak bergerak dan tidak mengalami
penderitaan dari kaumnya. Oleh kerana itu, sesuai dengan kadar kesabaran para
nabi dan perjuangan mereka dalam menyampaikan dakwah di jalan Allah SWT, mereka
layak untuk mendapatkan tempat yang istimewa di sisi Allah SWT.
Isa bin Maryam telah menyampaikan bahawa
beliau adalah seorang pejuang yang membawa senjata. Kata-katanya sendiri
berusaha menghancurkan masyarakat yang keras, masyarakat yang bodoh. Masyarakat
di zaman Nabi Isa berdiri di atas kesalahan, kesyirikan, kebohongan,
kemunafikan, meterialisme, pamrih, kelaliman dan tidak ada kebebasan. Maka
melalui kalimat-kalimatnya, Nabi Isa menghancurkan semua ini. Nabi Isa
memberitahu kaumnya bahawa dakwahnya di jalan Allah SWT bukan terfokus pada
dakwah kedamaian tetapi dalam hal-hal tertentu dakwahnya pun berisi pernyataan
perang. Sesuatu menjadi tidak bernilai ketika tidak berusaha dipertahankan oleh
yang bersangkutan sampai titis darah penghabisan. Timbulnya pemikiran-
pemikiran, nilai-nilai dan prinsip-prinsip tidak hanya bersandar kepada
idealismenya tetapi nilainya justru bersandar kepada usaha keras yang
dikerahkan oleh para pembawanya dalam rangka mempertahankannya. Tanpa
peperangan dan mengangkat senjata dakwah para nabi akan menjadi
pemikiran-pemikiran yang sekadar idealisme yang tidak akan menghentikan
seseorang pun dan tidak akan membangkitkan seseorang pun.
Kita mengetahui bahawa sebahagian besar
nabi berhadapan dengan kelompok besar dari masyarakat yang menentangnya dan
berusaha memeranginya. Mula-mula mereka mengejeknya dan pada akhirnya mereka
berusaha untuk membunuhnya. Kita mengetahui bahawa para nabi berusaha
mati-matian untuk memperjuangkan kebenaran yang dibawanya. Melalui kisah para
nabi, kita mengetahui bahawa bagaimana serangan masyarakat, para pembesar, dan
para penguasa terhadap para nabi tetapi pada saat yang sama kita seakan-akan
tidak melihat bagaimana serangan para nabi terhadap mereka. Penjelasan dari hal
itu sangat mudah. Peperangan yang dibangkitkan oleh kebatilan atas para nabi
didukung oleh alat-alat yang canggih dan sangat kuat di mana mereka memiliki
berbagai macam sarana untuk menjatuhkan para nabi, sedangkan para nabi hanya
menyandarkan kekuatan dari yang Maha Benar, yaitu Allah SWT; kekuatan yang
tidak berdasarkan pada sebab- sebab tertentu atau tidak peduli dengan
tuduhan-tuduhan atau kegaduhan.
Para nabi hanya terus melangsungkan
dakwahnya yang berdasarkan kepada usaha membangkitkan akal dan hati serta
menyucikan roh. Keteguhan sikap para nabi ini bagi musuh-musuh mereka merupakan
masalah yang besar. Dakwah nabi juga menjamah suatu keluarga di mana seorang
ayah dapat beriman sementara seorang anak dapat menentang atau seorang anak
dapat beriman sementara si ayah dapat menentang atau seorang isteri beriman
atau seorang suami kafir atau seorang suami beriman sementara si isteri kafir.
Perbezaan anak laki-laki dengan ayahnya dan seorang isteri dengan suaminya
menimbulkan permusuhan di dalam rumah-rumah. Dengan terjadinya hal ini, masyarakat
bergerak untuk menentang nabi dan semakin meningkatkan tekanan-tekanan mereka
kepadanya sehingga permusuhan dan kebencian mereka kepada nabi semakin
meruncing. Mereka pun berusaha untuk melawan nabi itu yang bagi mereka telah
memisahkan antara ayah dan anaknya atau ia datang untuk memisahkan seorang anak
perempuan dari ibunya.
Kemudian seorang nabi meletakkan suatu
undang-undang bagi orang yang mengikutinya, yaitu undang-undang pokok yang
membatalkan undang- undang yang tidak sesuai dengannya. Undang-undang ini
tampak dalam kalimat nabi: "pertama-tama cinta kepada Allah dan kemudian
cinta kepada nabi dan setelah itu cinta kepada sesama manusia."
Makna-makna yang demikian ini tercermin secara jelas dari kalimat-kalimat Isa
yang disampaikan oleh Injil Mata pada pasal ke-10.
Al-Masih berkata: "Janganlah engkau
mengira bahawa aku datang membawa kedamaian di bumi, aku datang bukan hanya
membawa kedamaian tetapi pedang. Aku datang untuk menjadikan seorang anak
berbeza dengan ayahnya dan seorang anak perempuan berbeza dengan ibunya
sehingga musuh seseorang justru terdapat pada keluarganya. Maka barang siapa
yang mencintai ibunya dan ayahnya lebih dari kecintaannya kepadaku, maka ia
tidak berhak mencintaiku, dan barang siapa yang mencintai anak laki-lakinya dan
perempuannya lebih dariku, maka ia tidak berhak mengikutiku. Meskipun
kehidupannya tampak beruntung sebenarnya ia telah rugi, dan barang siapa yang
kehidupannya merugi kerana aku, maka sebenarnya ia telah beruntung."
Penjelas Injil mengatakan:
"Pemikiran orang-orang Yahudi tentang al- Masih adalah, ketika al-Masih
datang, maka semua pengikutnya akan merampas kekayaan dan kejayaan di dunia ini
lalu ia hanya memberi mereka ketenangan dan kedamaian. Ketika al-Masih datang,
ia menjelaskan kepada para muridnya bahawa hal tersebut tidak benar, kerana
jika ia datang untuk memberikan kedamaian kepada para pengikutnya, maka mereka
akan terancam kelaliman dan mereka akan mati kerana tajamnya pedang. Maka
hendaklah mereka tidak mengharapkan kedamaian tetapi peperangan; hendaklah
mereka tidak mengharapkan keserasian tetapi perpecahan." Demikianlah
masyarakat Yahudi terbagi menjadi dua kelompok: kelompok orang-orang yang
fakir, orang-orang yang lemah dan orang-orang yang bersih hatinya bersama Isa,
sedangkan kelompok majoriti menentang Isa. Bahkan kelompok majoriti kafir itu
sering menyakiti Isa.
Injil Mata menceritakan penderitaan
al-Masih pada pasal ke-11. Ia menceritakan bagaimana kemarahan al-Masih
terhadap orang-orang yang tidak mengabdi kepada Yuhana (Yahya) dengan baik atau
mengabdi kepadanya secara peribadi dengan baik. Injil Mata mengutip pernyataan
Isa sebagai berikut: "Dengan apa aku menyerupakan generasi ini,
Sesungguhnya mereka menyerupai anak-anak kecil yang duduk di pasar yang
berteriak-teriak memanggil teman-teman mereka sambil berkata: "Kami telah
meniup seruling tetapi kalian tidak menari. Kami mengasihi kalian tetapi kalian
tidak menangis." Yuhana telah datang dan tidak makan dan minum tetapi
mereka mengatakan, sesungguhnya ia terkena syaitan. lalu datanglah seorang anak
manusia yang makan dan minum lalu mereka mengatakan, ia adalah seorang yang
ahli makan dan ahli minum khamer."
Dokumen itu menunjukkan penderitaan
al-Masih dan menyingkap peperangan yang akan dihadapinya. Penderitaan yang
dialami oleh hati suci al-Masih adalah sebagai tindakan generasi tersebut di
mana beliau diutus di dalamnya sebagai orang yang memberi petunjuk dan
menyampaikan berita gembira tentang kerajaan langit. Beliau menyerupakan
generasi Yahudi itu dengan anak-anak kecil yang duduk- duduk di pasar sambil
berteriak-teriak memanggil teman-teman mereka sambil berkata: "kami telah
meniup seruling tetapi kalian tidak menari. Kami berbelas kasih kepada kalian
tetapi kalian tidak menangis." Al-Masih mengisyaratkan dengan pernyataan
itu tentang apa yang diperbuat anak- anak kecil saat mereka bermain-main, di
mana biasanya mereka meniru orang-orang yang besar saat mereka bergembira
dengan menari-nari dan saat mereka sedih mereka menangis. Demikianlah mereka
sangat cepat berubah antara bergembira dan sedih tanpa melalui pertimbangan dan
kesedaran. Demikianlah keadaan orang-orang Yahudi saat mereka mengabdi kepada
Yahya, kemudian saat mereka mengabdi kepada al- Masih. Yahya telah datang
kepada mereka dalam keadaan menangis, tidak makan dan tidak minum dari apa yang
mereka makan dan yang mereka minum. Ia tidak bergaul dengan sembarangan
manusia. Telah datang kepada mereka seorang nabi yang ahli ibadah tetapi
kebanyakan mereka menolaknya dan mereka mengatakan bahawa ia terkena syaitan.
Kemudian datang kepada mereka al-Masih di mana ia makan dan minum bersama pada
acara walimah dan hari raya lalu mereka pun menolaknya dan mengatakan bahawa ia
suka makan dan minum khamer padahal beliau adalah cermin terbesar dalam
menghilangkan syahwat dan kesucian yang sempurna.
Alhasil, generasi itu adalah generasi
yang main-main Iayaknya anak kecil. Tidak ada sesuatu pun yang dapat
mempengaruhi mereka dan mereka tidak mau bertaubat. Meskipun demikian, di sana
terdapat kelompok kecil dari manusia yang terpengaruh dan bertaubat. Dokumen
tersebut menunjukkan betapa beratnya penderitaan Isa di tengah-tengah generasi
yang sezaman dengannya. Isa mengalami banyak penderitaan dalam menyampaikan
dakwahnya. Isa banyak menderita di tengah-tengah kaum yang fikiran mereka belum
matang. Mereka tak ubahnya seperti anak- anak kecil yang suka bermain-main.
Kaum yang tak tergugah oleh kalimat-kalimat yang baik dan mereka tidak bergerak
atau tersentuh ketika menyaksikan mukjizat-mukjizat yang luar biasa.
Allah SWT kembali memperkuat Isa dengan
mukjizat-mukjizat yang mengagumkan. Mukjizat di sini adalah senjata yang
diberikan Allah SWT kepada nabi-Nya agar nabi tersebut menjadi tenteram dan
agar menambah keyakinan orang-orang yang beriman kepadanya, sedangkan bagi
orang-orang kafir mukjizat tersebut justru menambah kekufuran mereka sehingga
Allah SWT memberikan pembalasan yang setimpal kepada kedua kelompok tersebut.
Mukjizat yang Allah SWT berikan kepada Isa bin Maryam yang lain adalah, Allah
SWT mengabulkan doa Hawariyin dengan menurunkan makanan dari langit. Allah SWT
berfirman:
"(Ingatlah), ketika
pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putera Maryam, bersediakah Tuhanmu
menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' Isa menjawab: 'Bertakwalah kepada
Allah jika betul- betul kamu orang yang beriman.' Mereka berkata: 'Kami ingin
memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahawa
kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang
menyaksikan hidangan itu.' Isa putera Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami,
turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya)
akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan
yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah
kami dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama.' Allah berfirman:
'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barang siapa yang
kafir di antaramu sesudah (turun hidangan) itu, maka sesungguhnya Aku akan
menyeksanya dengan seksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di
antara umat manusia.'" (QS. al-Maidah: 112-115)
Barangkali kita terhairan-hairan ketika
memperhatikan perkataan Hawariyin, "wahai Isa bin Maryam, apakah Tuhanmu
mampu?" Mungkin pertama-tama yang terlintas dalam fikiran kita berkenaan
dalam ayat tersebut adalah, keraguan Hawariyin terhadap kekuatan atau kekuasaan
Allah SWT. Bagaimana hal itu mampu mereka laku-kan sedangkan mereka adalah
murid-murid Isa yang beriman dan berserah diri kepada Allah SWT? Berkaitan
dengan tafsir ayat tersebut, para ulama berbeza pendapat. Sebahagian ulama
mengatakan, bahawa pertanyaan mereka 'apakah Tuhanmu mampu?' Yakni, berarti
apakah Tuhanmu bisa? Kemudian mereka mencarikan alasan yang membenarkan
perkataan Hawariyin itu dengan mengatakan bahawa pertanyaan itu dilontarkan
saat mereka baru saja mengikuti Isa, sebelum mereka banyak mengetahui Allah
SWT. Oleh kerana itu, Isa berkata dalam jawapannya terhadap pertanyaan mereka,
bertakwalah kepada Allah SWT jika kamu benar-benar orang mukmin. Yakni,
janganlah kalian meragukan kekuasaan atau kekuatan Allah SWT.
Qurthubi menampik tafsir ini. Hawariyin
adalah para penolong Allah SWT, sesuai dengan nas Al-Quran dan tentu tidak
boleh bagi penolong Allah SWT untuk tidak mengetahui kekuatan-Nya, apalagi
meragukan kekuasaan-Nya. Sebahagian ulama mengatakan bahawa perkataan tersebut
dikeluarkan orang-orang yang bersama Hawariyin yang berasal dari Bani Israil
dan tidak seorang pun dari Hawariyin yang mengatakan demikian kecuali mereka
hanya sekadar menukil perkataan tersebut. Ada pendapat lain lagi yang
mengatakan bahawa ayat tersebut tidak dibaca 'hal yastathi' rabbuka' tetapi
dibaca 'hal tastathi' rabbaka' sebagaimana bacaan Aisyah dan sebagaimana dibaca
oleh Nabi. Maknanya, "apakah engkau mampu menghadirkan kekuatan Tuhanmu
terhadap apa yang engkau minta." Ada pendapat yang lain mengatakan ia
dibaca 'hal tastathi' rabbaka', yakni "apakah engkau mampu untuk berdoa
kepada Tuhanmu atau meminta-Nya."
Sebahagian kaum sufi berpendapat bahawa
kaum Hawariyin bukan tidak mengetahui kekuasaan Allah SWT tetapi pertanyaan itu
justru bersumber dari cinta kepada Allah SWT dan keinginan menyaksikan
kekuasaan Allah SWT. Sikap mereka ini menyerupai dengan perbezaan tingkatan
sikap Nabi Ibrahim as ketika beliau mengatakan:
"Ya Tuhanku, perlihatkanlah
kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati?' Allah berfirman:
'Apakah kamu belum percaya?' Ibrahim menjawab: 'Saya telah percaya, tetapi agar
bertambah mantap hatiku.'" (QS. al-Baqarah: 260)
Oleh kerana itu, kaum Hawariyin berkata:
"Dan hati kami menjadi mantap," sebagaimana Nabi Ibrahim berkata:
"Agar bertambah mantap hatiku." Inilah tafsir yang membuat kita puas
dan membuat hati kita tenang. Nabi Isa menjawab pertanyaan mereka: 'Bertakwalah
kepada Allah jika betul-betul kamu orang yang beriman.' Yakni, hati-hatilah
kalian dengan banyak bertanya dan menguji Allah SWT kerana kalian tidak
mengetahui apa yang boleh kalian minta untuk didatangkan bukti- bukti kekuasaan
Allah SWT. Perkataan Nabi Isa, jika kalian benar-benar beriman terfokus kepada
apa yang dibawanya yang berupa mukjizat- mukjizat atau tanda-tanda kebesaran
Allah SWT. Nabi Isa bermaksud untuk mengatakan, sesungguhnya apa yang telah aku
bawa dari mukjizat- mukjizat bagi kalian seharusnya sudah cukup membuat hati
kalian mantap. "Mereka berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan
supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahawa kamu telah berkata benar
kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.'"
Kaum Hawariyin menjelaskan kepada Isa
sebab pertanyaan mereka ketika beliau melarangnya. Jika Nabi Isa keluar, maka
beliau diikuti lima ribu orang atau lebih. Sebahagian mereka dari kalangan
Hawariyin dan sebahagian yang lain campuran di antara pengikutnya dan musuhnya.
Dikatakan bahawa mereka berpuasa dan mereka tidak mempunyai makanan, lalu para
pengikut berkata kepada kaum Hawariyin, "Tanyalah kepada Isa apakah ia
mampu berdoa kepada Tuhannya sehingga diturunkan kepada kita makanan dari
langit." Kemudian kaum Hawariyin pergi dengan membawa surat kaum itu
kepada Isa. Ketika Isa meminta mereka untuk merasa cukup dengan
mukjizat-mukjizat sebelumnya, mereka kembali melontarkan kebenaran permintaan
mereka: 'Kami ingin memakan hidangan itu. Mereka adalah orang-orang yang lapar
sementara mereka tidak mempunyai makanan. Dan supaya tenteram hati kami.
Hati kaum Hawariyin menjadi tenang
seperti tenangnya hati Ibrahim. Dan para pengikut pun merasa hatinya tenang dan
mengakui bahawa Isa adalah Nabi yang diutus untuk mereka. Dan hati musuh juga
menjadi tenang kerana mereka menyaksikan kebatilan mereka sehingga pilihan
mereka untuk tidak mengikuti Isa berakibat pada suatu saat mereka akan diminta
pertanggungjawaban.
"Dan supaya kami yakin bahawa kamu
telah berkata benar kepada kami. Yakni kami mengetahui bahawa engkau utusan
Allah. Dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu. Yakni, kami
menyaksikan keesaan Allah dan risalah dan kenabianmu. Dan bagi orang lain yang
tidak menyaksikannya, maka kami akan menceritakan kepada mereka peristiwa yang
terjadi."
Isa putera Maryam berdoa: 'Ya Tuhan
kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari
turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama
kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri
rezekilah kami dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama.'
Ketika kaum Hawariyin bertanya kepada
Isa bin M aram agar diturunkan makanan dari langit, maka Nabi Isa berdiri dan
meletakkan pakaian dari kulit wol kemudian beliau melangkahkan kakinya dan
meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya, lalu beliau menundukkan
kepalanya dalam keadaan khusyuk dan tunduk kepada Ala SWT. Kemudian beliau
membuka matanya dan menangis sehingga air matanya membasahi janggutnya bahkan
mencapai dadanya dan berkata: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami
suatu hidangan dari langit... Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan
menurunkan hidangan itu kepadamu.
Lalu turunlah makanan besar dari celah
dua awan: satu awan di atasnya satu awan di bawahnya. Saat itu manusia
melihatnya. Nabi Isa berkata, "Ya Allah jadikanlah makanan ini sebagai
rahmat dan jangan menjadi fitnah." Lalu turunlah di depan Nabi Isa sapu
tangan yang menutupinya kemudian Nabi Isa tersungkur dalam keadaan sujud yang
diikuti oleh kaum Hawariyin. Mereka mendapati suatu bau yang harum yang belum
pernah mereka temukan sebelumnya.
Nabi Isa berkata, "Siapakah di
antara kalian yang paling ikhlas dan paling percaya kepada Allah SWT agar ia
membuka makanan itu sehingga kita bisa makan darinya serta berzikir kepada
Allah SWT atasnya serta bersyukur kepadanya." Kaum Hawariyin berkata:
"Wahai Ruhullah sesungguhnya engkau lebih berhak daripada kami dalam hal
itu.", maka Nabi Isa berdiri lalu beliau mengambil wuduk dan solat.
Kemudian beliau banyak berdoa sambil duduk di sisi makanan itu dan membukanya.
Tiba- tiba di atas makanan itu terdapat ikan yang lazat yang tidak ada durinya.
Nabi Isa ditanya: "Wahai Ruhullah, apakah ini makanan dari dunia atau dari
syurga?" Nabi Isa menjawab: "Bukankah Tuhan kalian melarang kalian
untuk bertanya pertanyaan semacam ini. Ia turun dari langit dan tidak ada
makanan sepertinya di dunia dan ia bukan berasal dari syurga tetapi ia adalah
sesuatu yang Allah SWT ciptakan dengan kekuasaan yang luar biasa di mana Dia
cukup mengatakan "jadilah, maka jadilah."
Para mufasir berbeza pendapat sekitar
bentuk makanan yang diturunkan kepada Isa, apakah itu ikan atau daging? Apakah
roti atau buah-buahan? Kami memandang bahawa pembahasan-pembahasan ini kurang
penting. Sesuatu yang paling penting yang perlu kita perhatikan adalah apa yang
dikatakan oleh Nabi Isa, Sesungguhnya ia diciptakan oleh Allah SWT dengan
kekuasaan yang mengagumkan di mana Dia cukup mengatakan "Jadilah, maka
jadilah ia."
Inilah hakikat makanan tersebut. Ia
merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT yaitu suatu tanda yang Allah SWT
mengancam bagi siapa yang menentangnya Dia akan menyeksanya dengan azab yang
belum pernah diterima oleh seseorang pun di dunia. Para ulama berbeza pendapat
apakah makanan tersebut memang diturunkan atau tidak, tetapi menurut pendapat
majoriti dan ini yang benar makanan tersebut memang diturunkan, sesuai dengan
firman Allah SWT: "Aku akan menurunkan hidangan itu bagimu. "
Dikatakan bahawa ribuan pengikut Nabi
Isa memakannya dan makanan tersebut tidak habis. Setiap orang yang buta ia
sembuh dari butanya dan setiap orang yang belang ia sembuh dari belangnya
akibat memakan hidangan itu. Alhasil, setelah menyantap makanan itu, orang yang
sakit sembuh dari penyakitnya. Maka hari turunnya makan itu dijadikan hari raya
dari hari raya-hari raya kaum Hawariyin dan para pengikut Nabi Isa. Kemudian
berita dan peristiwa turunnya makanan itu mulai hilang dan mulai dilupakan
sehingga kita tidak menemukan beritanya hari ini di Injil- Injil yang mereka
akui. Setelah peristiwa makanan yang Allah SWT ceritakan dalam surah al-Maidah,
Allah SWT menunjukkan kepada kita sikap lain dari Nabi Isa bin Maryam. Allah
SWT berkata setelah menceritakan kepada kita tentang turunnya mukjizat makanan
dari langit:
"Dan (ingatlah) ketika Allah
berfirman: 'Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah
aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah!' Isa menjawab: 'Maha Suci Engkau,
tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku
pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau
mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada
diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Aku tidak
pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau beri padaku
(mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu,' dan aku menjadi
saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau
wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha
Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau menyeksa mereka, maka sesungguhnya
mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.' Allah berfirman:
'lni adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran
mereka. Bagi mereka syurga yang di bawahnya mengalir sungai- sungai; mereka
kekal di dalamnya selama-selamanya; Allah redha terhadap mereka dan mereka pun
redha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar.' Kepunyaan
Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu. " (QS. al-Maidah: 116-120)
Dengan ayat-ayat tersebut, Al-Quran
menutup surah al-Maidah. Demikianlah konteks Al-Quran berpindah secara
mengejutkan dari turunnya makanan kepada sikap atau dialog antara Allah SWT dan
Isa bin Maryam pada hari kiamat. Allah SWT bertanya pada hari kiamat: 'Hai Isa
putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku
dua orang tuhan selain Allah?'
Para ahli ilmu sepakat bahawa pertanyaan
tersebut bukan bersifat pertanyaan murni meskipun tampak dalam bentuk
pertanyaan kerana Allah SWT mengetahui apa yang dikatakan oleh Isa. Tentu yang
dimaksud dengan pertanyaan itu adalah sesuatu yang lain. Ada yang mengatakan
bahawa Allah SWT bermaksud memberitahu Isa bahawa kaumnya telah mengubah
ajarannya sepeninggalannya. Dan mereka telah mendapatkan fitnah. Ada lagi yang
mengatakan bahawa Allah SWT bermaksud dari pertanyaan itu untuk mencela
orang-orang yang mengubah akidah Nabi Isa setelah beliau tidak ada. Kami kira
pertanyaan tersebut memuat dua makna dan mencakup makna yang lain.
Allah SWT ingin menyingkap dan
memberitahu manusia dalam Kitab-Nya yang terakhir bahawa Nabi Isa terlepas dari
berbagai macam tuduhan, dan apa saja yang dilakukan kaumnya sepeninggalannya.
Konteks Al- Quran menunjukkan tentang peristiwa ghaib yang belum terjadi
meskipun akan terjadi pada hari kiamat. Oleh kerana itu, Al-Quran
menyampaikannya dalam bentuk fi'il madhi (kata kerja bentuk lampau). Al-Quran
menyampaikan berita ghaib ini kepada penduduk dunia agar mereka mengetahui
hakikat Isa bin Maryam.
Allah SWT bertanya kepadanya dan Isa bin
Maryam menjawab. Sebagai nabi besar, Isa tidak menjawab kecuali setelah ia
mengatakan: 'Maha Suci Engkau ya Allah.' Sebelum menjawab, Isa memulai dengan
tasbih dan menyucikan Allah SWT. Nabi Isa menampakkan kepatuhan dan ketundukan
kepada kemuliaan Allah SWT dan rasa takut terhadap azab- Nya. Qurthubi
menyampaikan dalam tafsirnya:
"Ketika Allah SWT berkata kepada
Isa, apakah engkau berkata kepada manusia jadikanlah aku dan ibuku tuhan selain
Allah, maka Isa tampak gementar terhadap perkataan itu sehingga ia mendengar
rintihan dari tulang-tulangnya di dalam jasadnya lalu ia berkata: 'Maha Suci
Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya).
Tidak mungkin aku memutuskan sesuatu yang tidak aku miliki, yang diriku tidak
dapat melakukannya. Aku hanya seorang hamba, bukan seorang yang disembah: Jika
aku pernah mengatakannya maha tentulah Engkau telah mengetahuinya.
Demikianlah Nabi Isa menyampaikan
jawapannya kepada Allah SWT dan ia mengembalikan sesuatu kepada Allah SWT. Dan
Allah SWT Maha Mengetahui terhadap apa yang dikatakannya. Engkau mengetahui apa
yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau.
Yakni, Engkau mengetahui apa yang aku sembunyikan sedangkan aku tidak
mengetahui apa yang engkau sembunyikan. Engkau mengetahui rahsiaku dan apa yang
terlintas dalam hatiku dan aku tidak mengetahui apa yang Engkau sembunyikan
dari ilmu ghaib-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib.
Hanya Engkau yang tahu terhadap hal-hal yang ghaib. Hanya Engkau yang tahu
terhadap apa yang terjadi di tengah-tengah mereka setelah Engkau angkat aku
dari bumi: 'Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau
kepadaku (mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu.'
Demikianlah kalimat-kalimat yang
disampaikan oleh Isa bin Maryam. Dia hanya mengajak manusia untuk hanya
menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya: Dan aku menjadi saksi terhadap
mereka, selama aku berada di antara mereka.
Sesungguhnya Engkau mengawasi mereka
saat aku tinggal di tengah- tengah mereka dan mengajak mereka ke jalan yang
benar. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Al-Wafat
dalam Kitab Allah mempunyai tiga bentuk: Pertama, wafat dalam pengertian
kematian, sebagaimana firman Allah SWT:
"Allah memegang jiwa (orang) ketika
matinya." (QS. az-Zumar: 42)
Yakni ketika tercabutnya ajal. Kedua,
bahawa wafat adalah tidur, sebagaimana firman Allah SWT:
"Dan Dialah yang menidurkan kamu di
malam hari. " (QS. al-An'am: 60)
Yakni yang menidurkan kalian. Ketiga,
wafat berarti pengangkatan, sebagaimana firman Allah SWT:
"Hai Isa, sesungguhnya Aku yang
menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku. "
(QS. Ali 'Imran: 55)
Demikianlah Isa terbebas dari apa yang
mereka katakan dan apa yang mereka nisbatkan kepadanya. Isa mengumumkan bahawa
dakwahnya tidak lebih dari sekadar ajakan untuk bertauhid dan tidak keluar dari
kerangka Islam yang diakui oleh pengikutnya. Kemudian Isa kembali menyampaikan
pembicaraannya dan meminta belas kasihan kepada Allah SWT: Jika Engkau menyeksa
mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu. Tidak seorang pun dari
makhluk yang mempunyai kekuasaan di atas-Mu dan tidak ada Pencipta selain-Mu.
Maha Suci Engkau dan tiada sekutu bagi-Mu dalam kerajaan dan kekuasaan. Pada
akhirnya, mereka adalah hamba-Mu dan seorang hamba tidak memiliki apa-apa di
hadapan tuannya kecuali kepatuhan: Dan jika Engkau mengampuni mereka, maka
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.'
Isa tidak mengatakan jika Engkau
mengampuni mereka, maka Engkau Maha Pengampun dan Maha Pengasih. Jadi, jawapan
Isa terfokus pada penyerahan diri dan kepatuhan serta tunduk kepada kemuliaan
Allah SWT dan kebesaran-Nya. Para pengikut Nabi Isa adalah hamba-hamba Allah
SWT yang patuh. Jika Allah SWT berkehendak, maka Dia akan menyeksa mereka
sesuai dengan seksaan yang layak mereka terima, dan jika Dia berkehendak, maka
Dia akan mengampuni mereka kerana Dia mengetahui kerana mereka memang layak
untuk mendapatkan ampunan. Dengan penyerahan yang mutlak ini, Isa menyampaikan
jawapan atas pertanyaan Allah SWT dan beliau berlepas diri dari apa yang
dikatakan oleh kaumnya sepeninggalannya. Isa menyampaikan - pada awal
pembicaraannya - bahawa hanya Allah SWT yang patut disembah, dan pada akhir
pembicaraannya Isa menyampaikan penyerahan dirinya kepada Allah SWT. Allah
berfirman: 'Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar
kebenaran mereka.
Allah SWT memuji ketulusan Isa, dan
kerana dialog tersebut terjadi pada hari kiamat, Allah SWT berfirman:
"Hari ini adalah hari kiamat di mana orang-orang yang benar akan dapat
mengambil manfaat dari kebenaran mereka di dunia. Kebenaran mereka di sana akan
mereka temukan balasannya yang berupa rahmat di sini. "Bagi mereka syurga
yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-
selamanya; Allah redha terhadap mereka dan mereka pun redha terhadap-Nya.
"
Demikianlah balasan orang-orang yang
benar, syurga. Dan ada balasan yang lebih baik dari syurga, yaitu kepuasan
(redha) seorang hamba terhadap Allah SWT dan keredhaan Allah SWT terhadap
hamba. Pengertian kepuasan seorang hamba adalah kegembiraannya terhadap
penyembahan kepada Allah SWT sedangkan pengertian keredhaan Allah SWT terhadap
hamba-Nya adalah rahmat yang diberikan-Nya kepada mereka: Itulah keberuntungan
yang paling besar.' Setelah itu Allah SWT, memberitahukan hakikat Isa dan seluruh
nabi-Nya: "Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada
di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." Allah SWT adalah
Penguasa satu-satunya dan Dia Pencipta satu-satunya. Selain-Nya adalah hamba.
Isa terus melangsungkan dakwahnya
sehingga kejahatan dan keburukan mengetahui bahawa singgasana mereka terancam
hancur. Lalu pasukan keburukan bergerak untuk menangkapnya. Orang-orang Yahudi
menyakitinya dan menuduhnya dengan berbagai macam tuduhan. Isa dikatakan
sebagai penyihir dan sebagai orang yang mengubah syariat dan mereka menisbatkan
kekuatannya yang luar biasa kepada kekuatan syaitan. Ketika mereka tidak lagi
memiliki tipu daya yang dapat melumpuhkan Nabi Isa dan mereka melihat
orang-orang yang lemah dan orang-orang fakir berkumpul di sekitarnya, maka
mereka mulai membikin suatu, makar. Mereka mempengaruhi orang-orang Romawi.
Mula-mula pemerintahan Romawi tidak
turut campur kerana menganggap bahawa perselisihan-perselisihan antara
orang-orang Yahudi adalah perselisihan yang terjadi demi memperebutkan
kepentingan sesama mereka. Lalu diadakanlah majlis Sanhadurim (yaitu majlis
undang-undang tertinggi dari kalangan Yahudi). Mereka berkumpul untuk membuat
persekongkolan demi menyingkirkan Isa. Persekongkolan itu mengambil bentuk yang
baru.
Ketika orang-orang Yahudi tidak mampu
memerangi Nabi Isa, mereka berfikir untuk membunuhnya. Mulailah para ketua
pendeta Yahudi bermusyawarah untuk membuat suatu kesimpulan tentang cara yang
mereka lakukan untuk menangkap Nabi Isa yang tidak menimbulkan kegaduhan di
tengah-tengah masyarakat.
Ketika para kepala Yahudi bermusyawarah,
maka salah seorang dari murid al-Masih yang dua belas pergi kepada mereka,
yaitu Yahuda al- Iskhriyutha. Ia berkata kepada mereka, "Apa yang kalian
berikan jika aku berhasil menyerahkannya kepada kalian."
"Meja pengkhianatan telah digelar
di antara mereka dan dimulailah perundingan. Orang-orang Yahudi berusaha
mencari titik temu dan mereka sepakat untuk memberinya tiga puluh lempeng dari
perak. Ini adalah harga yang biasa mereka lakukan untuk membeli seorang budak
sesuai dengan syariat Yahudi." (penjelasan Injil Mata)
Selesailah konspirasi yang menetapkan
untuk menangkap al-Masih dan kemudian membunuhnya. Dikatakan bahawa kepala
pendeta Yahudi merobek-robek bajunya secara dramatis di suatu pertemuan agama
dan ia berteriak, "sungguh Isa telah kafir." Pero bukan baju dalam
tradisi orang-orang Yahudi dilakukan ketika mereka mendengar atau melihat
sesuatu yang mengandung penghinaan terhadap Allah. Para pendeta Yahudi tidak memiliki
kekuasaan untuk menetapkan hukum bunuh pada saat itu. Semua itu dilakukan oleh
kekuasaan penguasa Romawi. Tetapi tampaknya mereka berhasil meyakinkan
kekuasaan Romawi bahawa Isa telah membuat rencana untuk melengserkan kekuasaan
Romawi atau mereka berhasil meyakinkan penguasa Romawi bahawa masalah yang
mereka hadapi murni berkaitan dengan tradisi mereka dan keyakinan mereka.
Kemudian mereka menyarankan agar penguasa tidak turut campur atas apa yang
mereka tetapkan. Demikianlah konspirasi itu telah ditetapkan dan telah
diputuskan bahawa Isa harus ditangkap dan kemudian disalib.
Empat Injil yang diakui oleh kalangan
Masehi saat ini membicarakan tentang proses pembunuhan Isa di mana beliau
disalib kemudian beliau bangkit dari kematiannya dan naik ke langit. Semua
Injil ini sepakat tentang proses penyaliban Isa dan kematiannya, sebagaimana
mereka sepakat tentang tabiat Isa yang mengandung ketuhanan yang bercampur
dengan tabiatnya sebagai manusia. Kami akan menyampaikan keyakinan orang-orang
Masehi berkaitan dengan Isa sebagaimana diyakini oleh majoriti kaum Nasrani
saat ini, kemudian kami akan mengemukakan keyakinan Islam tentang Isa
sebagaimana diceritakan oleh Al-Quran al- Karim dan disampaikan oleh para ulama
dan disebutkan dalam hadis. Setelah itu, kita akan membicarakan hal-hal yang
perlu dibicarakan berkaitan hubungan antara kaum Muslim dan kaum Masehi serta
kaitannya dengan akidah mereka.
Injil Mata mengatakan, "Isa
ditangkap dan majlis Sanhadirum memutuskan bahawa ia harus dibunuh. Kemudian
para anggota majlis itu dari kepala-kepala para pendeta dan para tokoh mereka
menghinanya dan mengejeknya serta berbuat aniaya terhadapnya bahkan mereka
meludahi wajahnya dan menempelengnya. Sambil mengejek mereka berkata,
"beritahukanlah wahai al-Masih siapa yang memukulmu." Setelah itu
al-Masih ditangkap dan ia ditetapkan untuk dibunuh.
Adalah sudah menjadi tradisi di kalangan
orang-orang Romawi untuk mencambuk orang yang ditetapkan untuk dibunuh sebelum
pelaksanaan hukum tersebut. Oleh kerana itu, para penguasa Romawi menetapkan
agar al-Masih dicambuk terlebih dahulu. Sedangkan syariat Musa menetapkan agar
cambukan itu tidak melebihi empat puluh kali, namun orang-orang Romawi tidak
berhenti pada batasan ini bahkan mereka terus mencambuk korban dengan cambukan
yang kejam dan terus- menerus sehingga punggung yang bersangkutan hampir saja
patah dan nafasnya nyaris tinggal sedikit. Setelah itu, mereka mulai
melaksanakan hukum bunuh kepadanya. Demikianlah yang dilakukan oleh tentera
terhadap penyelamat kita. (Injil Mata 26)
Selesailah proses pecambukan, lalu
penguasa Romawi menyerahkan Isa kepada tentera agar mereka menyalibnya.
Kemudian para tentera membuat sesuatu hal yang bermaksud untuk menghibur.
Mereka mencabut pakaian Isa yang dilumuri dengan darah yang ada luka di
tubuhnya setelah proses pencabukan, lalu mereka memakaikan pakaian merah dengan
maksud untuk mengejeknya. Para raja biasanya memakai pakaian merah. Mereka
terus menghinanya. Mereka memakaikannya mahkota dari duri dan meletakkannya di
atas kepalanya. (Injil Mata 26)
Akhirnya, mereka sampai pada suatu
tempat yang bernama Jaljatsah, yaitu suatu tempat di luar pagar Ursyilim.
Tradisi Yahudi menetapkan untuk memberi satu gelas khamer yang bercampur dengan
minyak wangi bagi orang yang ditetapkan untuk dihukum mati sebelum pelaksanaan
hukum. Ini dimaksudkan sebagai alat pembius untuk meringankan penderitaannya.
Tetapi para tentera menentang tradisi ini dan mereka memberi al-Masih satu
gelas dari cuka yang bercampur dengan sesuatu yang pahit." (Injil Mata 26)
Teks Injil mata mengatakan (cetakan
tahun 1972) pada pasal kedua puluh tujuh: "Sehingga mereka sampai ke suatu
tempat yang bernama Jaljatsah lalu mereka memberinya minuman keras yang
bercampur dengan empedu agar ia meminumnya. Ketika ia merasakannya, ia enggan
untuk meminumnya. Kemudian mereka menyalibnya. Kemudian mereka duduk di sana
menjaganya dan meletakkan di atas kepalanya suatu tuduhan yang tertulis: Ini
adalah Yasu', penguasa Yahudi. Mereka benar-benar menyalibnya bersama Yasim.
Salah seorang dari keduanya di sebelah kanannya dan yang lain di sebelah
kirinya. Lalu orang-orang yang lewat di tempat itu mencelanya dan berkata,
"wahai yang menghancurkan tempat sembahan dan yang membangunnya pada tiga
hari, selamatkanlah dirimu dan jika engkau adalah anak Allah, maka turunlah
dari tempat penyaliban itu."
Demikianlah sebahagian riwayat kaum
Masehi tentang proses penyaliban serta penafsiran mereka berkaitan dengannya.
Kami telah menukilnya tanpa memperhatikan tentang catatan yang terdapat dalam
Injil Mata yang terbaru, yaitu ia merupakan catatan yang paling baik dalam
bentuknya yang terkumpul dari ulama-ulama mereka dan tokoh-tokoh agama Masehi
sehingga ia lebih mudah untuk difahami dan lebih sederhana. Kami telah
mengemukakan sebahagiannya kepada Anda dalam halaman-halaman ini.
Sementara itu, dalam akidah Islam
disebutkan suatu riwayat yang berbeza dengan riwayat yang ada dalam Injil-Injil
yang terdapat sekarang, baik yang berhubungan dengan kehidupan akhir yang
dialami oleh Isa mahupun tabiat Isa yang merupakan sumber perselisihan setelah
pengangkatannya. Al-Quran al-Karim menceritakan bahawa Allah SWT tidak
menghendaki Bani Israil untuk membunuh Isa atau menyalibnya tetapi Allah SWT
menyelamatkannya dari kekufuran mereka lalu mengangkatnya di sisi-Nya. Mereka
tidak berhasil membunuhnya dan tidak berhasil menyalibnya tetapi ia diserupakan
seperti orang-orang di antara mereka. Allah SWT berfirman:
"Dan kerana ucapan mereka:
'Sesungguhnya kami telah membunuh al- Masih, Isa putera Maryam, Rasul Allah,'
padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka
bunuh ialah orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya
orang-orang yang berselisih faham tentang (pembunuhan) Isa, benar- benar dalam
keraguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang
siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak pula
yakin bahawa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah
telah mengangkat Isa kepadanya." (QS. an-Nisa': 157-158)
Dan Allah SWT juga berfirman:
"(Ingatlah), ketika Allah
berfirman: 'Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu pada akhir ajalmu
dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang
kafir. " (QS. Ali 'Imran: 55)
Para ulama-ulama Islam sepakat atas hal
itu dan mereka berselisih pendapat tentang cara beragumentasi terhadap apa yang
mereka yakini sebagai kebenaran. Sebahagian mereka meyakini nas-nas Al-Quran
saja yang menyebut tentang Isa al-Masih dan mereka tidak mendukungnya atau
memperkuatnya dengan kitab-kitab lain selain Al-Quran. Kedua metode tersebut
memiliki titik kekuatan tersendiri. Orang yang berpegangan dengan pendapat yang
pertama mengatakan bahawa Nabi melarang untuk membahas kitab-kitab pegangan
kaum Yahudi dan kaum Nasrani. Bagi kaum itu agama mereka dan bagi kita agama
kita dan hanya Allah SWT yang akan memutuskan segala perselisihan di antara
kita pada hari kiamat.
Sedangkan orang-orang yang berpegangan
dengan cara yang kedua mengatakan bahawa larangan Nabi tersebut terjadi pada
permulaan masa Islam di mana kaum Muslim sangat dekat dengan masa jahiliah.
Nabi memerintahkan mereka agar tidak disibukkan dengan kitab-kitab lain selain
kitab mereka, yakni Al-Quran. Yang demikian ini dimaksudkan agar mereka memiliki
akidah yang kuat dan keyakinan mereka benar- benar tertanam dalam diri mereka,
Tetapi ilmu dan pandangan ilmiah menetapkan bahawa seorang yang alim harus
banyak menggali kitab- kitab kuno dalam rangka mengetahui kebenaran dan jika ia
mendapati sesuatu yang sesuai dengan apa yang didapatinya dengan kebenaran,
maka hatinya akan lebih merasa tenang dan damai. Berkaitan dengan kelompok yang
pertama yang merasa cukup dengan Al-Quran, kita tidak menemukan
perincian-perincian yang mendalam berkenaan dengan usaha penangkapan Isa,
bagaimana proses pengangkatannya ke langit, di mana Isa diserupakan dengan
salah seorang di antara mereka, bagaimana dia diserupakan dengan salah seorang
di antara mereka. Allah SWT telah menyerupakannya dengan salah seorang di antara
mereka sedangkan Nabi Isa diangkat ke langit. Demikianlah penjelasan singkat
mereka, tidak ada penambahan lagi. Sedangkan kelompok yang kedua, mereka
melontarkan kisah secara lengkap. Mereka mengatakan bahawa Allah SWT
menyerupakan Isa dengan Yahuda. Yahuda ini adalah Yahuda al- Askhariyutha yang
menurut Injil ia menjualnya kepada musuh-musuhnya dan menunjukkan kepada mereka
tentang keberadaannya. Ia adalah seorang muridnya yang terpilih. Demikian ini
sesuai dengan Injil Barnabas di mana disebutkan di dalamnya: "Ketika para
tentera mendekat bersama Yahuda di tempat yang di situ terdapat Yasu', maka
Yasu' mendengar kedatangan segerombolan orang yang menuju tempatnya. Oleh
kerana itu, ia segera pergi ke rumah dalam keadaan takut. Di dalam rumah itu
terdapat sebelas orang yang tidur. Ketika Allah melihat bahaya akan mengancam
hamba-Nya, maka Dia memerintahkan Jibril, Mikail, dan Rafail (Israfil), serta
Idril (Izrail) yang mereka semua adalah para utusan- Nya untuk mengambil Yasu'
dari dunia. Lalu datanglah malaikat-malaikat yang suci di mana mereka mengambil
Yasu' dari pintu yang dekat dengan arah selatan. Mereka membawanya dan
meletakkannya di langit yang ketiga dengan disertai para malaikat yang selalu
bertasbih kepada Allah selama-lamanya. Yahuda masuk secara paksa ke kamar yang
di situlah Yasu' diangkat ke langit. Saat itu murid-murid sedang tidur
semuanya, lalu Allah mendatangkan keajaiban yang luar biasa di mana Yahuda
berubah cara berbicaranya dan juga wajahnya. Ia sangat mirip sekali dengan
Yasu' sehingga kami mengiranya Yasu'. Adapun ia (Yahuda) setelah membangunkan
kami, ia mencari-cari di mana si guru berada. Oleh kerana itu, kami merasa
heran dan kami menjawab, "bukankah engkau wahai tuanku guru kami, apakah
sekarang engkau telah melupakan kami?" Demikianlah kisah yang terdapat
dalam Injil Barnabas. Allah SWT berfirman:
"Al-Masih putera Maryam itu
hanyalah seorang rasul yang Sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa
rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan
makanan." (QS. al-Maidah: 75)
Para ulama berkata, "Al-Masih
dinamakan al-Masih kerana ia mengusap bumi dan membersihkannya serta usahanya
untuk menyelamatkan agama dari fitnah di zaman itu kerana saking hebatnya
kebohongan orang-orang Yahudi kepadanya dan bagaimana usaha mereka untuk
menciptakan dusta padanya dan kepada ibunya as." Banyak ulama yang
meriwayatkan tentang kesucian spirituil dari Nabi Isa. Abu Hurairah
meriwayatkan dari Nabi bahawa beliau menceritakan tentang al-Masih sebagai
berikut: "Isa melihat seorang lelaki yang mencuri lalu ia berkata:
"Wahai si fulan apakah engkau mencuri?" Orang itu berkata:
"Tidak, demi Allah aku tidak mencuri," Isa berkata: "Aku beriman
kepada Allah SWT dan penglihatanku telah berbohong." Ini menunjukkan
kesucian rohani Isa di mana ia lebih memilih sumpah orang itu atas apa yang
disaksikannya. Ia membayangkan bahawa orang tersebut tidak akan bersumpah dan
membawa nama Allah SWT yang Maha Besar lalu ia berdusta sehingga ia menerima
penyataannya dan ia kembali kepada dirinya sendiri sambil berkata: "Aku
beriman kepada Allah SWT, yakni aku mempercayaimu dan mataku telah berbohong
kerana engkau telah bersumpah." Ada riwayat lagi yang mengatakan bahawa
suatu hari Nabi Isa berjalan bersama sahabatnya dan mereka melewati bangkai
anjing yang busuk baunya, lalu sahabat-sahabat Isa sangat terpukul dan sangat
menderita dengan bau anjing itu. Melihat sikap mereka, Isa berkata:
"Lihatlah betapa putih giginya."
Isa ingin mengajari manusia bagaimana
mereka menghadapi keburukan di mana Nabi Isa menekankan agar mereka lebih
melihat kepada keindahan dan kebaikan. Dakwah Nabi Isa merupakan puncak dari
ketinggian rohani dan idealisme yang mengagumkan di mana Beliau lebih
menekankan kebaikan daripada keburukan. Rasulullah berkata: "Semua para nabi
adalah saudara, agama mereka satu sedangkan mereka dilahirkan dari berbagai
macam ibu dan aku adalah manusia yang utama begitu juga Isa bin Maryam di mana
tidak ada nabi setelahku dan sesudahnya." Dalam berbagai riwayat
disebutkan bahawa Nabi Isa akan turun pada akhir zaman. Islam sangat memberikan
penghormatan kepada Isa yang sesuai dengan kedudukannya sebagai salah satu nabi
ulul azmi yang besar. Islam menamakannya Rasulullah dan Kalimatullah yang telah
diberikan kepada Maryam. Allah SWT berfirman:
"Wahai ahli Kitab, janganlah kamu
melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah
kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih Isa putera Maryam itu adalah utusan
Allah dan (yang terjadi dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam,
dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kepada Allah dan
rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: '(Tuhan itu) tiga.' Berhentilah
dari ucapan itu. (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha
Esa, Maha Suci dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah
kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah untuk menjadi Pemelihara. Al-Masih sekali-kali
tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat
malaikat yang terdekat (kepada Alah). Barang siapa yang enggan dari
menyembah-Nya dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka
semua kepadanya. Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal soleh, maka
Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebahagian
dari kurnia- Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka
Allah akan menyeksa mereka dengan seksaan yang pedih, dan mereka tidak akan
memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain dari Allah. "
(QS. an-Nisa': 171- 173)
Ibnu Katsir berkata dalam Qhisasul
Anbiya': Para pengikut Nabi Isa berselisih pendapat setelah Nabi Isa diangkat
ke langit. Sebahagian mereka mengatakan, di tengah-tengah kita ada hamba Allah
SWT dan rasul-Nya (Ariyus). Sebahagian lagi mengatakan, dia adalah Allah. Yang
lain lagi mengatakan, dia adalah anak Allah. Mereka berselisih pendapat tentang
Injil yang menyebutkan berbagai kebohongan di mana terdapat di dalamnya
penambahan, pengurangan, dan pergantian. Al-Quran al- Karim telah membahas
persoalan ketuhanan. Ia menjelaskan bahawa Allah SWT Maha Suci dari segala
sekutu dan anak dan segala hal yang menyerupai-Nya serta segala bentuk
ingkarnasi, kejauhan, kedekatan dan pencapaian pandangan mata. Allah SWT
berfirman:
"Katakanlah: "Dia-lah Allah,
Yang Maha Esa.'Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu. Dia
tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang
setara dengan Dia. " (QS. al-Ikhlash: 1-4)
Dan tentang Isa as Allah berfirman:
"Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti
(penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman
kepadanya: 'Jadilah' (seorang manusia), maka jadilah ia." (QS. Ali 'Imran:
59)
"Mereka (orang-orang kafir)
berkata: Allah mempunyai anak.' Maha Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit
dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepadanya. Allah Pencipta
langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka
(cukuplah) Dia mengatakan kepadanya: 'Jadilah', lalu jadilah ia." (QS. al-Baqarah:
116-117)
"Orang-orang Yahudi berkata: 'Uzair
itu putera Allah' dan orang-orang Nasrani berkata: Al-Masih itu putera Allah.'
Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan
orang-orang kafir terdahulu. Mereka di laknat oleh Allah; bagaimana mereka
sampai berpaling?" (QS. Al-Aubah: 30)
Nas tersebut mengisyaratkan akidah
orang-orang Mesir dan orang-orang seperti mereka dari umat-umat yang terdahulu
di mana akidah mereka terfokus pada keyakinan penyaliban Isa, tentang tebusan
dan kebangkitan Tuhan yang disembelih serta penentangannya terhadap para
pengikutnya setelah kematiannya.
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya telah kafilah
orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya Allah itu ialah al-Masih putera
Maryam.' Katakanlah: 'Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi
kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan al-Masih putera Maryam itu
berserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi semuanya?'
Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya; Dia menciptakan apa yang dihehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu." (QS. al-Maidah: 17)
"Sesungguhnya kafirlah orang-orang
yang mengatakan: Allah salah seorang dari yang tiga,' padahal sekali-kali tidak
ada selain dari Tuhan Yang Esa." (QS. al-Maidah: 73)
Demikianlah Al-Quran al-Karim
menyebutkan sikap berbagai aliran yang saling berlawanan yang tumbuh setelah
pengangkatan al-Masih. Al-Quran menjelaskan bahawa al-Masih adalah hamba Allah
SWT dan seorang rasul yang diutus kepada Bani Israil. Kata hamba dan rasul
adalah kata yang sangat jelas ertinya, adapun yang dimaksud dengan al-Kalimah
dan ar- Roh, maka kedua kata tersebut perlu dijelaskan. Kaum Muslim memahami
bahawa al-Kalimah adalah petunjuk Allah SWT yang diberikan-Nya kepada Maryam
sedangkan ar-Roh adalah menunjukkan atau mengisyaratkan kepada Roh Kudus, yaitu
Jibril as. Allah SWT telah menguatkannya atau menguatkan Nabi Isa dengan roh
yakni Jibril:
"Dan (ingatlah) ketika Aku dukung
kamu dengan Ruhul Kudus." (QS. al-Maidah: 110)
Setelah mengemukakan keyakinan kaum
Masehi tentang karakter Nabi Isa dan akhir dari kehidupannya dan setelah
menjelaskan kebenaran yang Allah SWT ceritakan kepada kita tentang karakter
tersebut dan akhir dari kehidupan yang dialami oleh Nabi Isa, kita ingin
mengetahui apa yang harus dilakukan oleh kaum Muslim dalam hubungan mereka
dengan orang-orang Masehi serta keyakinan mereka. Islam menetapkan atau
menyampaikan nas-nas yang jelas yang mengkhususkan agama Masehi - di antara
agama-agama yang lain - dengan kecintaan. Al-Qu'ran mengingkari ketuhanan
al-Masih; ia juga mengingkari penyaliban dan tebusan dosa yang dilakukannya.
Namun Al-Quran menegaskan dalam nasnya bahawa agama Nasrani merupakan agama
yang lebih dekat kecintaannya kepada Islam. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya kamu dapati
orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman
ialah orang- orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati
yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah
orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.' Yang demikian
itu disebabkan kerana di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat
pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) kerana sesungguhnya mereka tidak
menyombongkan diri." (QS. al-Maidah: 82)
Allah SWT memuji para pengikut al-Masih
yang berjalan di atas petunjuknya. Allah SWT berfirman:
"Dan Kami jadikan dalam hati
orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka
mengada-adakan rahbaniyah (keadaan tidak menikah dan mengurung diri di biara)
padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi mereka sendirilah yang
mengada-adakannya untuk mencari keredhaan Allah." (QS. al-Hadid: 27)
Tidak terdapat kontradiksi dari dua
sikap tersebut. Pengingkaran Al- Quran terhadap ketuhanan al-Masih dan
pengakuannya terhadap kecintaan kaum Nasrani serta pujiannya terhadap
orang-orang yang mengikuti Nabi Isa mengandung makna lebih dari satu: Pertama,
bahawa Masehi berdasarkan pada agama Tauhid dan sangat sulit bagi para
pengikutnya untuk meninggalkan tauhid, dan hanya Allah SWT yang mengakui
hakikat apa yang terpendam dalam hati; kedua, dalam kalangan orang-orang
Nasrani terdapat para pendeta dan para rahib yang tidak bersikap congkak di
hadapan Allah SWT tetapi mereka sangat patuh dan tunduk kepadanya; ketiga,
sebahagian pengikut Nabi Isa memiliki hati yang dipenuhi dengan kasih sayang
dan rahmat. Tentu rahmat dan kasih sayang tersebut tidak tumbuh kecuali dari
keimanan terhadap hari akhir. Allah SWT telah menetapkan perintah-Nya kepada
kaum Muslim agar mereka memperlakukan ahlul kitab dengan perlakuan yang mulia
dan baik, sebagaimana Islam menjamin kebebasan untuk menentukan keyakinan pada
setiap manusia. Allah SWT berfirman:
"Dan jikalau Tuhanmu menghendaki,
tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu
(hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman
semuanya?" (QS. Yunus: 99)
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki)
agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
salah." (QS. al- Baqarah: 256)
"Katakanlah: 'Hai ahli kitab,
marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kamu, bahawa tidak kita sembah kecuali Allah dan
tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebahagian kita
menjadikan sebahagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka
berpaling, maka katakanlah kepada mereka: 'Saksikanlah, bahawa kami adalah
orang-orang yang menyerahkan diri (kepada Allah).'" (QS. Ali 'Imran: 64)
Kita perhatikan bahawa ayat-ayat
tersebut berbicara tentang cara memperlakukan kaum Masehi sebagai individu
sebagaimana ia berbicara tentang bagaimana kita memperlakukan keyakinan mereka.
Sehubungan dengan kaum Masehi sebagai individu, kita menyaksikan ayat-ayat
tersebut memerintahkan untuk membalas kecintaan yang mereka perlihatkan di mana
nas tersebut dengan tegas mengatakan bahawa mereka lebih dekat kecintaannya
kepada orang-orang yang beriman. Jika Allah SWT yang menegaskan hal tersebut,
maka orang-orang Muslim harus membalas kebaikan dan kecintaan yang ditunjukkan
oleh kaum Nasrani. Adapun sehubungan dengan keyakinan mereka, di dalam Al-Quran
terdapat banyak ayat yang melarang untuk memaksa manusia dalam bentuk apa pun. Allah
SWT berfirman:
"Dan katakanlah: 'Kebenaran itu
datang dari Tuhanmu. Maka barang siapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman,
dan barang siapa yang ingin kafir biarlah ia kafir." (QS. al-Kahfi: 29)
Yang demikian itu, kerana keimanan yang
didahului dengan paksaan adalah bukan keimanan kerana ia berarti mencabut
ikhtiar atau kebebasan manusia, padahal itu adalah syarat dari keimanan. Dan
barangkali inilah yang menunjukkan kesempurnaan Islam di lihat dari sikapnya
yang demikian indah. Kami kira tanpa kita harus memaksakan tafsiran kita kepada
ayat-ayat tersebut dan memohon kepada Allah SWT dari kesalahan dan kebodohan
bahawa Islam dengan sikapnya itu ingin menjauhkan para pengikutnya dari
kalangan awam dari perdebatan yang panjang dan melelahkan seputar keyakinan
orang lain. Tentu perdebatan tersebut tidak akan berhujung dan akan menjadi
seperti debat kusir saja. Namun tugas tersebut hanya di emban oleh para ulama,
di mana mereka membahas sebagaimana mereka kehendaki berbagai
keyakinan-keyakinan keberagamaan, sedangkan orang-orang awam tidak diberi
tanggung jawab dalam hal itu. Lagi pula, perselisihan antara keyakinan dan
aliran- aliran di kalangan Masehi dan kalangan Yahudi jika melibatkan orang-
orang awam, maka itu hanya memboroskan waktu dan hanya membuat lelah saja.
Islam akan kembali menjadi asing dan
akan kembali menjadi asing seperti pertama kali terbit. Dalam suasana keasingan
Islam yang pertama, orang-orang Muslim berhasil membangun suatu individu Muslim
yang kukuh. Dan ketika bangunan tersebut telah selesai, maka sempurnalah
pembangunan pemerintahan Islam. Kita tidak mendengar bahawa salah seorang di
antara mereka terlibat dalam perdebatan yang sengit yang tidak berhujung
sekitar keyakinan orang lain. Sesungguhnya memberi petunjuk kepada orang lain
sehingga orang tersebut mengetahui jalan menuju Allah SWT adalah perbuatan yang
indah, tetapi hidayah tersebut didahului dengan tekad seseorang untuk
memberikan petunjuk kepada dirinya sendiri. Seandainya orang-orang Islam
membimbing mereka menuju jalan Allah SWT nescaya Allah SWT memberi petunjuk
melalui mereka siapa saja yang dikehendaki dari hamba-hamba-Nya.
Al-Quran menetapkan dua mukjizat kepada
Nabi Isa yang tidak disebutkan dalam kitab Injil: pertama mukjizat yang berupa
pembicaraannya saat ia masih menyusui di buaian. Dan yang kedua mukjizat
makanan yang turun dari langit kepada kaum Hawariyin. Sebagaimana Al-Quran
menetapkan kemuliaan yang diperoleh oleh Nabi Isa saat ia diselamatkan dari
tangan-tangan jahat orang-orang Yahudi yang ingin menyeksanya atau membunuhnya
sehingga Nabi Isa terselamatkan dan dia diangkat ke langit. Rasulullah saw
mewasiatkan kepada sahabatnya agar mereka memperlakukan orang-orang Masehi
dengan penuh kebaikan, bahkan beliau menikahi Maria al-Qibthiya. Ibnu Jarir
meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahawa seseorang lelaki dari Bani Salim bin Auf
yang bernama al-Hasin mempunyai dua orang anak yang masih Kristen, lalu ia
masuk Islam dan bertanya kepada Rasulullah saw bagaimana seandainya ia harus
memaksa kedua anaknya untuk memeluk Islam sedangkan mereka berdua menolak agama
lain selain agama Masehi? Kemudian Allah SWT menurunkan ayat yang berbunyi:
"Tidak ada paksaan dalam memeluk
agama (Islam)." (QS. al-Baqarah: 256)
Ketika para utusan Najran dari kalangan
kaum Masehi datang ke Madinah untuk berunding dengan Nabi, maka beliau memberi
mereka setengah dari masjidnya agar mereka dapat melaksanakan solat dengan cara
mereka di dalamnya. Pada suatu hari Rasulullah saw berdiri untuk melakukan
solat kepada seseorang jenazah lalu dikatakan kepadanya bahawa ia adalah
jenazah Yahudi. Kemudian Rasulullah menjawab: "Bukankah ia adalah
manusia." Dalam kesempatan lain Rasulullah saw bersabda: "Barang
siapa yang mengganggu secara aniaya seorang Yahudi atau seorang Nasrani, maka
aku akan jadi musuhnya pada hari kiamat." Terkadang kekuasaan akan
langgeng meskipun disertai dengan kekufuran tetapi ia tidak akan abadi ketika
disertai dengan kelaliman.
Para ulama Islam berselisih pendapat
berkaitan dengan keadaan Nabi Isa setelah pengangkatannya. Mereka sepakat
bahawa beliau tidak disalib tetapi Allah SWT mengangkatnya di sisi-Nya. Tetapi
ketika ia tidak disalib, maka bagaimana keadaannya setelah itu: apakah ia masih
hidup, ataukah ia mati seperti matinya nabi yang lain? Majoriti mengatakan
bahawa Allah SWT mengangkat Isa dengan fiziknya dan rohnya di sisi- Nya. Mereka
mengambil zahir dari firman-Nya:
"Tetapi Allah mengangkatnya di
sisi-Nya." (QS. an-Nisa': 158)
Juga sebahagian hadis yang mendukung hal
tersebut. Sementara itu, kelompok yang lain dari kalangan mufasirin, dan ini
adalah kelompok yang minoriti, mereka mengatakan bahawa Nabi Isa hidup sehingga
Allah SWT mematikannya sebagaimana Dia mematikan nabi-nabi-Nya lalu Dia
mengangkat rohnya di sisi-Nya sebagaimana roh para nabi diangkat, begitu juga
roh para shidiqin (orang-orang yang benar) dan syuhada. Mereka mengambil zahir
firman-Nya:
"(Ingatlah) ketika Allah berfirman:
'Hai ha, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan
mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang
kafir." (QS. Ali 'Imran: 55)
Kami sendiri lebih memilih pendapat yang
pertama kerana ia sangat sesuai - sebagai mukjizat yang luar biasa - dengan
kelahiran Isa di mana kelahiran tersebut dipenuhi dengan mukjizat yang luar
biasa, juga sesuai dengan kehidupannya dan kesuciannya. Jadi, kedua-duanya
merupakan mukjizat yang luar biasa.
0 komentar:
Posting Komentar