Sabtu, 22 Maret 2014

PEMAKAIAN HALON SEBAGAI PEMADAM API


         
Siapapun yang berkecimpung dibidang proteksi kebakaran pasti mengenal Halon terutama Halon 1211 dan halon 1301, Halon banyak digunakan baik dilingkungan bangunan, komersial, penerbangan, industri dan militer, pemakaiannya luas, misalnya untuk perlindungan terhadap kebakaran pada peralatan listrik dan telekomunikasi, peralatan computer dan pemproses data, perkapalan, industri perminyakan, permuseuman serta dibidang pertahanan dan keamanan (HAMKAM).
Keunggulan dibanding alat pemadam lainnya adalah daya pemadam api yang sangat efektif, bersih dan tidak meninggalkan residu setelah pemadaman selesai, tidak merusak peralatan dan mesin, relatif tidak beracun, bersifat non-kondutif, sehingga aman untuk digunakan pada peralatan listrik halon pun sangat efektif untuk memadamkan kebakaran pada cairan mudah terbakar (flammable), disamping instalasinya yang hemat ruang, kira-kira sepertiga luas ruang bila memakai alat pemadam jenis CO2 .
Ada dua jenis Halon yang banyak digunakan yakni Halon 1211 (Bromochlorodifluoromethane) yang lebih dikenal sebagai BCF dan Halon 1301 (Bromotrifluoromethane) dikenal sebagai BTM, ada pula Halon 1202 (Dibromodifluoromethane) yang banyak digunakan dibidang militer.
Pemakaian Halon meningkat sejak tahum 1970-an terutama setelah bahan pemadam api dari jenis Carbon Tetrachlorida (CCl4) dilarang pemakaiannya pada tahun1954 akibat racun yang ditimbulkannya.
 Halon 1211 digunakan sebagai alat pemadam penyemprot (Streaming) umumnya berbentuk tabung portable, biasa digunakan sektor komersial, bangunan dan industri misalnya untuk perlindungan ruang computer, galeri seni rupa, mesin fotocopy, replica museum, computer dan peralatan elektronik lainnya.
Halon 1301 yang memiliki daya racun lebih rendah banyak digunakan pada sistem proteksi terpasang (fixed sistem), baik dengan sistem pembanjir total (total Flooding) maupun pemadaman setempat (lokal application). Sistem ini digunakan untuk melindungi ruang-ruang mesin dan ruang control, serta ruang telekomunikasi terhadap bahaya kebakaran, industri penerbanagan memerlukan Halon 1211 dan 1301 untuk pemadaman api dalam pesawat terbang.
Di Indonesia, pemakaian Halon meningkat pesat khususnya pada tahun 1980-an, baik di sektor bangunan gedung maupun industri. Sebagian besar bangunan gedung tinggi di Jakarta memasang Halon untuk melindungi ruang-ruang khusus seperti ruang computer, ruang pengendali (Kontrol room) dan ruang telekomunikasi terhadap bahaya kebakaran, disamping sebagai alat pemadam api ringan.
Namun perkembangan di Dunia saat ini yang ditandai dengan semakin gencarnya penanganan masalah lingkungan hidup, telah membawa dampak terhadap kelangsungan akan keberadaan Halon. Halon harus dihentikan penggunaannya, oleh karena berdasarkan penelitian para ahli, bahan CFC dan Halon berperan dalam proses penipisan ozon di stratosfir. CFC (cloro-fluoro-carbon)adalah bahan yang dipakai pada media pendingin untuk kulkas, pada industri foam dan plastik serta solvent yang digunakan sebagai bahan pembersih di industri elektronik dan mesin, sedang Halon adalah bahan pemadam api yang efektif. Bahan-bahan tersebut dikenal sebagai bahan berpotensi menipiskan lapisan ozon atau ODS (ozone depleting substances), sehingga secara bertahap harus phase-out.

Konfensi imternasional yang di kenal sebagai Montreal Protocol yang dicetuskan tahu 1987, telah menyusun jadwal penghapusan (phase–out) ODS sebelum tahun 2000. jadwal tersebut makin dipercepat, proposal Kopenhagen bulan nopember 1992 menjadwalkan penghapusan CFC dan Halon pada tahun-tahun 1994 – 1996. Khusus untuk Halon, maka mulai 1 januari 1994 tidak lagi diproduksi di negara-negara maju. Hal ini jelas membawa dampak terhadap negara-negara  peng-import Halon seperi Indonesia. Bahan lain seperti methyl bromide sudah harus dihapus sebelum tahun 2000.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews