1. Pengertian
Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang
berusaha menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya
dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya
melalui pemanfaatan manusia seoptimal mungkin. Di beberapa negara Ergonomi
diistilahkan Arbeitswissenschaft (Jerman), Biotechnology
(Skandinavia), Human (factor) Engineering atau Personal Research
di Amerika Utara. (Budiono, Sugeng, 2003)
2. Ruang lingkup ergonomi
Penerapan ergonomi/ruang lingkup ergonomi meliputi
(Setyaningsih, Yuliani, 2002) ;
a. Pembebanan kerja fisik
Beban fisik yang dibenarkan umumnya tidak
melebihi 30-40% kemampuan maksimum seorang pekerja dalam waktu 8 jam sehari.
Untuk mengukur kemampuan kerja maksimum digunakan pengukuran denyut nadi yang
diusahakan tidak melebihi 30-40 kali per menit di atas denyut nadi sebelum
bekerja. Di Indonesia beban fisik untuk mengangkat dan mengangkut yang
dilakukan seorang pekerja dianjurkan agar tidak melebihi dari 40 kg setiap kali
mengangkat atau mengangkut.
b. Sikap tubuh dalam bekerja
Sikap pekerjaan harus selalu diupayakan agar
merupakan sikap ergonomik. Sikap yang tidak alamiah harus dihindari dan jika
hal ini tidak mungkin dilaksanakan harus diusahakan agar beban statis menjadi
sekecil-kecilnya. Untuk membantu tercapainya sikap tubuh yang ergonomik sering
diperlukan pula tempat duduk dan meja kerja yang kriterianya disesuaikan dengan
ukuran anthropometri pekerja.
Ukuran anthropometri tubuh yang penting dalam
ergonomi adalah :
1) Berdiri
a) Tinggi badan berdiri
b) Tinggi bahu
c) Tinggi siku
d) Tinggi pinggul
e) Depa
f) Panjang lengan
2) Duduk
a) Tinggi duduk
b) Panjang lengan atas
c) Panjang lengan bawah dan tangan
d) Jarak lekuk lutut sampai dengan garis punggung
e) Jarak lekuk lutut sampai dengan telapak
3) Keadaan bekerja sambil berdiri, mempunyai
kriteria :
a) Tinggi optimum area kerja adalah 5-10 cm di bawah
tinggi siku.
b) Pekerjaan yang lebih membutuhkan ketelitian,
tinggi meja yang digunakan 10-20 cm lebih tinggi dari siku.
c) Pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan tangan,
tinggi meja 10-20 cm lebih rendah dari siku.
c.
Mengangkat dan mengangkut
Beberapa
faktor yang berpengaruh pada proses mengangkat dan mengangkut adalah beratnya
beban, intensitas, jarak yang harus ditempuh, lingkungan kerja, ketrampilan dan
peralatan yang digunakan. Untuk efisiensi dan kenyamanan kerja perlu dihindari
manusia sebagai “alat utama” untuk mengangkat dan mengangkut.
d.
Sistem manusia – mesin
Penyesuaian manusia-mesin sangat membantu dalam
menciptakan kenyamanan dan efisiensi kerja. Perencanaan sistem ini dimulai
sejak tahap awal dengan memperhatikan kelebihan dan keterbatasan manusia dan
mesin yang digunakan interaksi manusia-mesin memerlukan beberapa hal khusus
yang diperhatikan, misalnya :
1) adanya informasi yang komunikatif
2) tombol dan alat pengendali baik
3) perlu standard pengukuran
anthropometri yang sesuai untuk pekerjaannya.
e. Kebutuhan kalori
Konsumsi kalori sangat bervariasi tergantung pada
jenis pekerjaan. Semakin berat kegiatan yang dilakukan semakin besar kalori
yang diperlukan. Selain itu pekerjaan pria juga membutuhkan kalori yang berbeda
dari pekerja wanita. Dalam
hal ini perlu diperhatikan juga saat dan frekuensi pemberian kalori pada
pekerja.
1) Pekerja Pria
a) Pekerjaan ringan : 2400 kal/hari
b) Pekerjaan sedang ; 2600 kal/hari
c) Pekerjaan berat : 3000 kal/hari
2) Pekerja Wanita
a) Pekerjaan ringan : 2000 kal/hari
b) Pekerjaan sedang ; 2400 kal/hari
c) Pekerjaan berat : 2600 kal/hari
f. Pengorganisasian kerja
Pengorganisasian kerja berhubungan dengan waktu
kerja, saat istirahat, pengaturan waktu kerja gilir (shift) dari periode saat
bekerja yang disesuaikan dengan irama faal tubuh manusia. Waktu kerja dalam 1
hari antara 6-8 jam. Dengan waktu istirahat ½ jam sesudah 4 jam bekerja. Perlu
juga diperhatikan waktu makan dan beribadah. Termasuk juga di dalamnya
terciptanya kerjasama antar pekerja dalam melakukan suatu pekerjaan serta
pencegahan pekerjaan yang berulang (repetitive)
g. Lingkungan kerja
Dalam peningkatan efisiensi dan produktifitas
kerja berbagai faktor lingkungan kerja sangat berpengaruh. Berbagai faktor
lingkungan yang berpengaruh misalnya suhu yang nyaman untuk bekerja adalah
24-26O C.
h. Olahraga dan kesegaran jasmani
Kegiatan olahraga dan pembinaan kesegaran jasmani
dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, tes kesehatan
sebelum bekerja/tes kesegaran jasmani perlu dilakukan sebagai tahap seleksi
karyawan.
i. Musik dan dekorasi
Musik dapat meningkatkan kegairahan dan
produktivitas kerja dengan mempertimbangkan jenis, saat, lama dan sifat
pekerjaan. Dekorasi dan pengaturan warna dapat memberikan kesan jarak, kejiwaan
dan suhu. Misalnya :
a)
biru ; jarak jauh dan sejuk
b)
hijau ; menyegarkan
c)
merah ; dekat, hangat, merangsang
d)
orange ; sangat dekat, merangsang.
j.
Kelelahan
Kelelahan
adalah mekanisme perlindungan tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut dan
memerlukan terjadinya proses pemulihan. Sebab-sebab kelelahan diantaranya
adalah monotomi kerja, beban kerja yang berlebihan, lingkungan kerja jelek,
gangguan kesehatan dan gizi kurang.
E. Penyakit akibat kerja
1. Pengertian
Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1981 tentang
Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja menyebutkan bahwa Penyakit Akibat Kerja
(PAK) adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan
kerja.
Beberapa ciri penyakit akibat kerja adalah :
a. Populasi pekerja
b. Penyebab spesifik
c. Pemajanan di tempat kerja sangat menentukan
d. Kompensasi ada
e. Contohnya adalah keracunan Pb,
Asbestosis, Silikosis (Budiono, Sugeng. 2003)
2.
Jenis Penyakit Akibat Kerja
Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER- 01/MEN/1981 mencantumkan 30
jenis penyakit, sedangkan Keputusan Presiden RI No 22/1993 tentang Penyakit
yang Timbul Karena Hubungan Kerja memuat jenis penyakit yang sama, ditambah ; ‘penyakit
yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.” Jenis penyakit
akibat kerja tersebut adalah ;
a. Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu
mineral pembentukan jaringan parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis)
dan silikotuberkulosis yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat
atau kematian.
b. Penyakit
paru dan saluran pernafasan
(bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam keras.
c. Penyakit
paru dan saluran pernafasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu
kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis)
d. Asma
akibat kerja
yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang yang dikenal yang
berada dalam proses pekerjaan.
e. Alveolitis
allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik.
f. Penyakit yang
disebabkan oleh berillium atau persenyawaannya yang beracun.
g. Penyakit yang
disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang beracun.
h. Penyakit yang
disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
i. Penyakit yang
disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
j. Penyakit yang
disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.
k. Penyakit yang
disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
l. Penyakit yang
disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.
m. Penyakit yang
disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.
n. Penyakit yang
disebabkan oleh flour atau persenyawaannya yang beracun.
o. Penyakit yang
disebabkan oleh karbon disulfida.
p. Penyakit yang
disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon alifatik atau
aromatik yang beracun.
q. Penyakit yang
disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
r. Penyakit yang
disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau homolognya
yang beracun.
s. Penyakit yang
disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
t. Penyakit yang
disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
u. Penyakit yang
disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti
karbon monoksida, hidrogensianida, hidrogen sulfida atau derivatnya yang
beracun, amoniak, seng, braso dan nikel.
v. Kelainan
pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan
w. Penyakit yang
disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat, tulang
persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
x. Penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
y. Penyakit yang
disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang mengion.
z. Penyakit kulit (dermatosis)
yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau biologik.
å. Kanker kulit
epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak mineral,
antrasena, atau persenyawaan, produk atau residu adri zat tersebut.
ä. Kanker paru atau
mesotelioma yang disebabkan oleh asbes
ö. Penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
aa. Penyakit yang
disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau kelembaban
udara tinggi.
bb. Penyakit yang
disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.
3.
Diagnosis spesifik Penyakit Akibat Kerja
Secara teknis penegakkan diagnosis dilakukan
dengan (Budiono, Sugeng, 2003) :
a. Anamnesis/wawancara meliputi : identitas, riwayat
kesehatan, riwayat penyakit, keluhan.
b. Riwayat pekerjaan (kunci awal diagnosis)
1)
Sejak pertama kali bekerja.
2)
Kapan, bilamana, apa yang dikerjakan, bahan yang
digunakan, jenis bahaya yang ada, kejadian sama pada pekerja lain, pemakaian alat
pelindung diri, cara melakukan pekerjaan, pekerjaan lain yang dilakukan,
kegemaran (hobby), kebiasaan lain (merokok, alkohol)
3) Sesuai tingkat pengetahuan, pemahaman pekerjaan.
c. Membandingkan gejala penyakit waktu bekerja dan
dalam keadaan tidak bekerja.
1) waktu bekerja gejala timbul/lebih berat, waktu
tidak bekerja/istirahat gejala berkurang/hilang.
2) Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar
tempat kerja.
3) Informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam
anamnesis atau dari data penyakit di perusahaan.
d. Pemeriksaaan fisik, yang dilakukan dengan catatan
1) gejala dan tanda mungkin tidak spesifik
2) pemeriksaan laboratorium penunjang membantu
diagnostik klinik.
3) dugaan adanya penyakit akibat kerja dilakukan juga
melalui pemeriksaan laboratorium khusus/pemeriksaan biomedik.
e.
Pemeriksaan laboratorium khusus/pemeriksaan biomedik
1)
Misal : pemeriksaan spirometri, foto paru
(pneumokoniosis-pembacaan standard ILO)
2)
Pemeriksaan audiometri
3)
Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah/urine.
f.
Pemeriksaan/pengujian lingkungan kerja atau data
higiene perusahaan, yang memerlukan :
1) kerjasama dengan tenaga ahli higiene perusahaan
2) kemampuan mengevaluasi faktor fisik/kimia
berdasarkan data yang ada.
3) Pengenalan secara langsung
cara/sistem kerja, intensitas dan lama pemajanan.
g.
Konsultasi keahlian medis/keahlian lain
1)
Seringkali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada
diagnosis klinik, kemudian dicari faktor kausa di tempat kerja, atau melalui
pengamatan/penelitian yang relatif lebih lama.
2) Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi dan
dokter penasehat (kaitan dengan kompensasi)
4.
Penerapan konsep five level of prevention deseases
pada PAK
Penerapan
konsep 5 tingkatan pencegahan penyakit (five level of prevention deseases)
pada Penyakit Akibat Kerja adalah (Silalahi, Benet dan Silalahi, Rumondang,
1985) :
a.
Health Promotion
(peningkatan kesehatan)
Misalnya
: pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik, pengembangan kepribadian,
perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja yang memadai,
penyuluhan perkawinan dan pendidikan seks, konsultasi tentang keturunan dan
pemeriksaan kesehatan periodik.
b.
Specific Protection (
perlindungan khusus)
Misalnya : imunisasi, higiene perorangan, sanitasi
lingkungan, proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan kerja.
c.
Early diagnosis and prompt treatment (diagnosa dini dan pengobatan tepat)
Misalnya
: diagnosis dini setiap keluhan dan pengobatan segera, pembatasan titik-titik
lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
d.
Disability limitation
(membatasi kemungkinan cacat)
Misalnya
: memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara komprehensif, mengobati tenaga
kerja secara sempurna, pendidikan kesehatan.
e.
Rehabilitasi (pemulihan
kesehatan)
Misalnya : rehabilitasi dan mempekerjakan kembali
para pekerja yang menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba
menempatkan karyawan-karyawan cacat di jabatan-jabatan yang sesuai.
5. Fungsi dan Tugas Perawat dalam K3
Fungsi dan tugas perawat dalam usaha K3 di
Industri adalah sebagai berikut (Effendy, Nasrul, 1998) :
a. Fungsi
1) Mengkaji masalah kesehatan
2) Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
3) Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan
terhadap pekerja
4) Penilaian
b. Tugas
1) Pengawasan terhadap lingkungan pekerja
2) Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
3) Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan
pekerja
4) Membantu dalam penilaian keadaan kesehatan pekerja
5) Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan
perawatan di rumah kepada pekerja dan keluarga pekerja yang mempunyai masalah
6) Ikut menyelenggarakan pendidikan K3 terhadap
pekerja
7) Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja
8) Pendidikan kesehatan mengenai keluarga berencana
terhadap pekerja dan keluarga pekerja.
9) Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
0 komentar:
Posting Komentar