Allah memiliki sifat-sifat yang banyak,
sebagai mana banyak di jelaskan di dalam Al Qur'an maupun Hadits-hadits Nabi
Muhammad SAW,semua sifat-sifat Allah menunjukan ke-mahakuasan, Kesempurnaan,
serta berpedoman pada :
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
PADA
QS , AL-IKHLASH (MEMURNIKAN KEESAAN ALLAH) Pendahuluan: Makkiyyah, 4 ayat ~
Nabi Muhammad saw. pernah ditanya tentang Tuhannya. Maka, dalam surat ini,
beliau diperintah untuk menjawab pertanyaan itu. Yaitu, bahwa Allah adalah
Tuhan Yang memiliki segala sifat kesempurnaan, Tuhan Yang Mahaesa, Tuhan tempat
kembali dalam setiap kebutuhan, Tuhan Yang tidak membutuhkan kepada siapa pun,
Tuhan Yang Mahasuci dari sifat serupa dengan makhluk, Tuhan Yang tidak beranak
dan tidak pula diperanakkan, dan Tuhan yang tidak satu makhluk pun dapat
menyerupai-Nya. Mereka yang, dengan nada mengolok dan menghina, berkata,
"Gambarkan kepada kami tentang Tuhanmu," katakan kepada mereka, wahai
Muhammad, "Allah adalah Tuhan Yang Esa, bukan selain Dia, dan tidak ada
sekutu bagi-Nya.
kesucian yang tidak di miliki keseluruhan
makhluknya. Setiap muslim harus meyakini bahwa Allah memiliki semua sifat yang
mulia. Namun secara ijmali ia harus yakin bahwa Allah besifat dengan sifat maha
sempurna,
20 dari sifat Allah yang wajib dan mustahil,secara
umum terdiri dari 4 bagian ;
1. 1 Sifat Nafsiyah
2. 5 Sifat Salbiyah
3. 7 Sifat Ma'ani
4. 7 Sifat Ma'nawiyah
1. SIFAT NAFSIYAH
Sifat Nafsiyah sifat yang hanya melekat
pada Dzat Allah SWT,yakni bahwa Allah itu bersifat dengan sifat wujud,ada
tetapi tidak di sebapkan oleh sebap lain.Sifat Nafsiyah terdiri dari 1 sifat
yaitu WUJUD.
Maksudnya sesuatu yang tidak bisa diterima
oleh akal jika Allah tidak disifatkan dengan sifat ini. Atau bisa juga
dikatakan sifat untuk menentukan adanya Allah, di mana Allah menjadi tidak
mungkin ada tanpa adanya sifat tersebut. adapun yang tergolong sifat ini hanya
satu yaitu sifat wujud.
2. SIFAT SALBIYAH
Sifat Salbiyah yaitu sifat menafikan atau
meniadakan sifat-sifat tertentu pada diri selain Dzat Allah, Sifat Salbiyah
terdiri dari 5 sifat yaitu ;QADAM, BAQA, MUHOLAFATULIL HAWADITS, QIYAAMUHU
BINAFSIHI, WAKDANIYAT.
Maksudnya sifat yang menolak apa yang tidak
layak bagi Allah. Atau dikatakan juga sifat yang digunakan untuk meniadakan
sesuatu yang tidak layak bagi Allah. Sifat Salbiyah ini ada lima sifat yakni,
2- Qidam, 3- Baqo’, 4- Mukhalafatu lil
hawaditsi, 5- Qiyamuhu binafsihi, 6- Wahdaniyyah.
3. SIFAT MA"ANI
Arti sifat ma'ani adalah sifat yang ada
pada Allah SWT, yang menunjukan bahwa Allah itu maujud sifat ma'ani terdiri
dari
Maksudnya sifat yang diwajibkan bagi zat
Allah suatu hukum atau sifat yang pasti ada pada Dzat Allah. Sifat ini terdiri
dari tujuh sifat, 7- Qudrat, 8- Iradah, 9- Ilmu, 10- Hayat, 11- Sama’, 12-
Bashar dan 13- Kalam.
4. SIFAT MA"NAWIYAH
Arti dari Sfat Mana'wiyah sesuatu hal
tsabit atau tetap pada Dzat Allah yang bersifat ma'ani. Tegasnya diantara sifat
ma'ani dan ma'nawiyah tidak berbeda dan berhubungan satu dengan yang lain. Yang
termasuk Sifat Ma'nawiyah ada 7 yaitu ;QOODIRUN, MURIDUN, AALIMUN, HAYYUN,
SAMIUN, BASHIRUN, MUTAKALIMUN.
Maksudnya sifat Allah yang dilazimkan atau
tidak bisa dipisahkan dengan Sifat Ma’ani. Sifat Ma’nawiyah adalah sifat yang
mulazimah atau menjadi akibat dari sifat ma’ani. Sifat ini terdiri dari tujuh
sifat, yakni 14- Kaunuhu Qadiran, 15- Kaunuhu Muridan, 16- Kaunuhu Aliman, 17-
Kaunuhu Hayyan, 18- Kaunuhu Sami’an, 19- Kaunuhu Bashiran, 20- Kaunuhu
Mutakalliman
Dengan pembahasan tentang 20 Sifat yang wajib dan Mustahil bagi Allah kita harus
meyakini pula ;
Bahwa Allah itu mempunyai sifat
"JAIZ" atau Boleh atau Tidak; Artinya ;"Mengerjakan atau
menjadikan sesuatu atau meninggalkannya", Jadi maksud Allah bersifat JAIZ,
atau boleh-boleh saja untuk mengerjakan sesuatu atau tidak. Dengan demikian
jumlah AQO"IDUL IMAN atau sifat-sifat yang harus di imani oleh orang yang
ber-iman terdiri dari 41 sifat, 20 wajib 20 mustahil dan 1 jaiz. (untuk
mengerjakan atau tidak)
Kaitannya dengan sifat-sifat Allah yang
menunjukan kesempurna'an-nya,Ada 9(sembilan)aqoid atau perkara yang harus di
fahami yaitu ;
1. WAJIB I'TIKAD KAN BAHWA MUSTAHIL bagi
Allah berkewajiban untuk menciptakannya. Allah tidak wajib menciptakan sesuatu,
namun jaiz bagi Allah untuk menciptakan atau tidak, jadi bukan kewajiban. Ini
lawan dari sifat JAIZ.
2. WAJIB I'TIKADKAN BAHWA ALLAH
TA"ALA; Artinya ; "Maha suci Allah ta'ala dari mengambil manfa'at
dari segala perbuatan dan Hukumnya", bahwa Allah tidak mengambil
manfaatnya dari semua perbuatan hukumnya maupun ketetapannya.
3. WAJIB I'TIKADKAN BAHWA ALLAH TA"ALA
,tidak mungkin mustahil mengambil sesuatu faedah dari ciptaannya, semua dari
ketetapannya adalah untu makhluknya semata.
4. WAJIB I'TIKADKAN BAHWA SEKALIAN
MAKHLUKNYA TIDAK AKAN MEMPENGARUHI TENTANG KEKUASAAN ALAH TA"ALA, Alah
tidak rugi makhluknya mau ibadat atau tidak,
5. WAJIB I'TIKADKAN BAHWA, semua makhlunya
memberi bekas dan pengaruh pada kekuasaannya
6. WAJIB I'TIKADKAN BAHWA HUDUTSUL
ALAM,yakni bahwa alam itu baru, dahulunya tidak ada lalu di adakan oleh Allah
SWT,
7. WAJIB I'TIKADKAN BAHWA MUSTAHIL QIDAMNYA
ALAM SEMESTA, yakni di i'tikatkan mustahil alam semesta ada sebelum ada
sesuatu, sedangkan Hanya Allah yang besifat QIDAM, sedang semua makhluk adalah
baru, yakni di ciptakan adri tidak ada menjadi ada.
8. WAJIB I'TIKADKAN BAHWA LAATATSIIRO
LIKULLI SYAI"IN MINAL KAA"INAATI BITHOB"IHI Artinya ;
"Sekalian makhluk hidup tidak dapat memberi bekas atau pengaruh dengan
tabiat atau kebiasaannya sendiri".
9. WAJIB I'TIKADKAN BAHWA SKALIAN
MAKHLUKNYA MUSTAHIL MEMBERI BEKAS ATAU Pengaruh deNAGN TABIAT DAN KEBIASAANYA
MASING_MASING.
Jadi semua AQOIDUL IMAN manjdi 50, Yang
terdiri dari 20 sifat WAJIB dan MUSTAHIL;
20 SIFAT WAJIB BAGI ALLAH SWT
1. Wujud : Artinya Ada
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا
"Allah telah menciptakan tujuh langit
dan bumi berserta segala sesuatu diantara keduanya" (Qs. As Sakdah : 4).
Yaitu tetap dan benar yang wajib bagi zat
Allah Taala yang tiada disebabkan dengan sesuatu sebab. Maka wujud ( Ada ) disisi Imam Fakhru Razi dan Imam Abu Mansur
Al-Maturidi bukan ia a'in maujud dan bukan lain daripada a'in maujud , maka
atas qaul ini adalah wujud itu Haliyyah ( yang menepati antara ada dengan
tiada) . Tetapi pada pendapat Imam Abu Hassan Al-Ashaari wujud itu ain
Al-maujud , karena wujud itu zat maujud karena tidak disebutkan wujud melainkan
kepada zat. Kepercayaan bahwa wujudnya Allah SWT. bukan saja di sisi agama
Islam tetapi semua kepercayaan di dalam dunia ini mengaku menyatakan Tuhan itu
ada. Firman Allah SWT. yang bermaksud :
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۚ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ [٣١:٢٥]
"Dan jika kamu tanya orang-orang kafir
itu siapa yang menjadikan langit dan bumi nescaya berkata mereka itu Allah yang
menjadikan" ( Surah Luqman : Ayat 25 )
2. Qidam : Artinya Sedia
هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ
"Dialah Allah yang awal dan yang
akhir"(QS. Al Hadid : 3).
Pada hakikatnya menafikan ada permulaan
wujud Allah SWT karena Allah SWT. menjadikan tiap-tiap suatu yang ada, yang
demikian tidak dapat tidak keadaannya lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu
itu. Jika sekiranya Allah Ta'ala tidak lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu,
maka hukumnya adalah mustahil dan batil. Maka apabila disebut Allah SWT. bersifat
Qidam maka jadilah ia qadim. Di dalam Ilmu Tauhid ada satu perkataan yang sama
maknanya dengan Qadim Yaitu Azali. Setengah ulama menyatakan bahwa kedua-dua
perkataan ini sama maknanya Yaitu sesuatu yang tiada permulaan baginya. Maka
qadim itu khas dan azali itu am. Dan bagi tiap-tiap qadim itu azali tetapi
tidak boleh sebaliknya, Yaitu tiap-tiap azali tidak boleh disebut qadim. Adalah
qadim dengan nisbah kepada nama terbahagi kepada empat bagian :
· Qadim Sifati ( Tiada permulaan sifat
Allah Ta'ala )
· Qadim Zati ( Tiada permulaan zat Allah
Ta'ala )
· Qadim Idhafi ( Terdahulu sesuatu atas
sesuatu seperti terdahulu bapa nisbah kepada anak )
· Qadim Zamani ( Lalu masa atas sesuatu)
. Qadim Haqiqi ( Qadim Sifati dan Qadim
Zati ) tidak harus dikatakan lain daripada Allah Ta'ala.
3. Baqa' : Artinya Kekal
وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ ٥٥:٢٧]
"Maha kekal tuhanmua yang mempunyai
kebesaran dan kemulyaan"(Qs. Ar Rahman : 27)
Sentiasa ada, kekal ada dan tiada akhirnya
Allah SWT . Pada hakikatnya ialah menafikan ada kesudahan bagi wujud Allah
Ta'ala. Adapun yang lain daripada Allah Ta'ala , ada yang kekal dan tidak
binasa Selama-lamanya tetapi bukan dinamakan kekal yang hakiki ( yang sebenar )
Bahkan kekal yang aradhi ( yang mendatang jua seperti Arasy, Luh Mahfuz, Qalam,
Kursi, Roh, Syurga, Neraka, jisim atau jasad para Nabi dan Rasul ). Perkara
'perkara tersebut kekal secara mendatang tatkala ia bertakluq dengan Sifat dan
Qudrat dan Iradat Allah Ta'ala pada mengekalkannya. Segala jisim semuanya
binasa melainkan ajbu Az-zanabi ( tulang kecil seperti biji sawi letaknya di
tungking manusia, itulah benih anak Adam ketika bangkit daripada kubur kelak ).
Jasad semua nabi-nabi dan jasad orang-orang syahid berjihad Fi Sabilillah yang
mana ianya adalah kekal aradhi jua. Disini nyatalah perkara yang diiktibarkan
permulaan dan kesudahan itu terbahagi kepada 3 bagian :
· Tiada permulaan dan tiada kesudahan Yaitu
zat dan sifat Alllah SWT.
· Ada permulaan tetapi tiada kesudahan
Yaitu seperti Arash, Luh Mahfuz , syurga dan lain-lain lagi.
· Ada permulaan dan ada kesudahan Yaitu
segala makhluk yang lain daripada perkara yang diatas tadi ( Kedua ).
4. Mukhalafatuhu Ta'ala Lilhawadith.
Artinya : Bersalahan Allah Ta'ala dengan segala yang baharu.
قَوْمَ فِرْعَوْنَ ۚ أَلَا يَتَّقُونَ .
"Allah tidak sama dengan segala
sesuatu"(Qs. Asy Syuuro : 11).
Pada zat , sifat atau perbuatannya sama ada
yang baru , yang telahada atau yang belum ada. Pada hakikat nya adalah
menafikan Allah Ta'ala menyerupai dengan yang baharu pada zatnya , sifatnya
atau perbuatannya. Sesungguhnya zat Allah Ta'ala bukannya berjirim dan bukan
aradh Dan tiada sesekali zatnya berdarah , berdaging , bertulang dan juga bukan
jenis leburan , tumbuh-tumbuhan , tiada berpihak ,tiada bertempat dan tiada
dalam masa. Dan sesungguhnya sifat Allah Ta'ala itu tiada bersamaan dengan
sifat yang baharu karena sifat Allah Ta'ala itu qadim lagi azali dan melengkapi
ta'aluqnya. Sifat Sama' ( Maha Mendengar ) bagi Allah Ta'ala berta'aluq ia pada
segala maujudat tetapi bagi mendengar pada makhluk hanya pada suara saja.
Sesungguhnya di dalam Al-Quraan dan Al-Hadith yang menyebut muka dan tangan
Allah SWT. , maka perkataan itu hendaklah kita iktiqadkan thabit ( tetap )
secara yang layak dengan Allah Ta'ala Yang Maha Suci daripada berjisim dan Maha
Suci Allah Ta'ala bersifat dengan segala sifat yang baharu.
5. Qiyamuhu Ta'ala Binafsihi : Artinya :
Berdiri Allah Ta'ala dengan sendirinya .
إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
"Sesungguhnya Allah maha kaya dari
pada alam semesta"(Qs. Al Ankabuut : 6)
Tidak berkehendak kepada tempat berdiri (
pada zat ) dan tidak berkehendak kepada yang menjadikannya Maka hakikatnya
ibarat daripada menafikan Allah SWT. berkehendak kepada tempat berdiri dan
kepada yang menjadikannya. Allah SWT itu terkaya dan tidak berhajat kepada
sesuatu sama adapada perbuatannya atau hukumannya. Allah SWT menjadikan
tiap-tiap sesuatu dan mengadakan undang-undang semuanya untuk faedah dan
maslahah yang kembali kepada sekalian makhluk . Allah SWT menjadikan sesuatu (
segala makhluk ) adalah karena kelebihan dan belas kasihannya bukan berhajat
kepada faedah. Allah SWT. Maha Terkaya daripada mengambil apa-apa manafaat di
atas kataatan hamba-hambanya dan tidak sesekali menjadi mudharat kepada Allah Ta'ala
atas sebab kemaksiatan dan kemungkaran hamba-hambanya. Apa yang diperintahkan
atau ditegah pada hamba-hambanya adalah perkara yang kembali faedah dan
manafaatnya kepada hamba-hambaNya jua. Firman Allah SWT. yang bermaksud :
Barangsiapa berbuat amal yang soleh ( baik
) maka pahalanya itu pada dirinya jua dan barangsiapa berbuat jahat maka
balasannya (siksaannya ) itu tertanggung ke atas dirinya jua . ( Surah Fussilat
: Ayat 46 ). Syeikh Suhaimi r.a.h berkata adalah segala yang maujudat itu
dengan nisbah berkehendak kepada tempat dan kepada yang menjadikannya,
terbahagi kepada empat bagian :
· Terkaya daripada tempat berdiri dan
daripada yang menjadikannya Yaitu zat Allah SWT.
· Berkehendak kepada tempat berdiri dan
kepada yang menjadikannya Yaitu segala aradh ( segala sifat yang baharu ).
· Terkaya daripada zat tempat berdiri
tetapi berkehendak kepada yang menjadikannya Yaitu segala jirim. ( Segala zat
yang baharu ) .
· Terkaya daripada yang menjadikannya dan
berdiri ia pada zat Yaitu sifat Allah Ta'ala.
6. Wahdaniyyah. Artinya : Esa Allah Ta'ala
pada zat, pada sifat & pada perbuatan.
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
"Katakanlah dialah Allah Yang Maha
Esa"(Qs. Al-Ikhlaas : 1)
Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan
berbilang pada zat, pada sifat dan pada perbuatan sama ada bilangan yang
muttasil (yang berhubung ) atau bilangan yang munfasil ( yang bercerai ).
Makna Esa Allah SWT pada zat itu Yaitu
menafikan Kam Muttasil pada Zat ( menafikan bilangan yang berhubung dengan zat
) seperti tiada zat Allah Ta'ala tersusun daripada darah , daging , tulang
,urat dan lain-lain. Dan menafikan Kam Munfasil pada zat ( menafikan bilangan
yang bercerai pada zat Allah Ta'ala )seperti tiada zat yang lain menyamai zat
Allah Ta'ala.
Makna Esa Allah SWT pada sifat Yaitu
menafikan Kam muttasil pada Sifat ( menafikan bilangan yang berhubung pada
sifatnya ) Yaitu tidak sekali-kali bagi Allah Ta'ala pada satu-satu jenis
sifatnya dua qudrat dan menafikan Kam Munfasil pada sifat ( menafikan bilangan
bilangan yang bercerai pada sifat ) Yaitu tidak ada sifat yang lain menyamai
sebagaimana sifat Allah SWT. yang Maha Sempurna.
Makna Esa Allah SWT pada perbuatan Yaitu
menafikan Kam Muttasil pada perbuatan ( menafikan bilangan yang berceraicerai
pada perbuatan ) Yaitu tidak ada perbuatan yang lain menyamai seperti perbuatan
Allah bahkan segala apa yang berlaku di dalam alam semuanya perbuatan Allah SWT
sama ada perbuatan itu baik rupanya dan hakikatnya seperti iman dan taat atau
jahat rupanya tiada pada hakikat-nya seperti kufur dan maksiat sama ada
perbuatan dirinya atau perbuatan yang lainnya ,semuanya perbuatan Allah SWT dan
tidak sekali-kali hamba mempunyai perbuatan pada hakikatnya hanya pada usaha
dan ikhtiar yang tiada memberi bekas. Maka wajiblah bagi Allah Ta'ala bersifat
Wahdaniyyah dan ternafi bagi Kam yang lima itu Yaitu :
1. Kam Muttasil pada zat.
2. Kam Munfasil pada zat.
3. Kam Muttasil pada sifat.
4. Kam Munfasil pada perbuatan.
Maka tiada zat yang lain , sifat yang lain
dan perbuatan yang lain menyamai dengan zat , sifat dan perbuatan Allah SWT .
Dan tertolak segala kepercayaan-kepercayaan yang membawa kepada menyekutukan
Allah Ta'ala dan perkara-perkara yang menjejaskan serta merusakkan iman.
7. Al
Qudrah : Artinya : Kuasa qudrah Allah SWT.
إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
"Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu"(Qs.Al Baqarah : 20)
Memberi bekas pada mengadakan meniadakan
tiap-tiap sesuatu. Pada hakikatnya ialah satu sifat yang qadim lagi azali yang
thabit ( tetap ) berdiri pada zat Allah SWT. yang mengadakan tiap-tiap yang ada
dan meniadakan tiap-tiap yang tiada bersetuju dengan iradah. Adalah bagi
manusia itu usaha dan ikhtiar tidak boleh memberi bekas pada mengadakan atau
meniadakan , hanya usaha dan ikhtiar pada jalan menjayakan sesuatu . Kepercayaan
dan iktiqad manusia di dalam perkara ini berbagai-bagaiFikiran dan fahaman
seterusnya membawa berbagai-bagai kepercayaan dan iktiqad.
a. Iktiqad Qadariah :
Perkataan qadariah Yaitu nisbah kepada
qudrat . Maksudnya orang yang beriktiqad akan segala perbuatan yang dilakukan
manusia itu sama ada baik atau jahat semuanya terbit atau berpuncak daripada
usaha dan ikhtiar manusia itu sendiri dan sedikitpun tiada bersangkut-paut
dengan kuasa Allah SWT.
b. Iktiqad Jabariah :
Perkataan Jabariah itu nisbah kepada Jabar
( Tergagah ) dan maksudnya orang yang beriktiqad manusia dan makhluk bergantung
kepada qadak dan qadar Allah semata-mata ( tiada usaha dan ikhtiar atau boleh
memilih samasekali ).
c. Iktiqad Ahli Sunnah Wal Jamaah :
Perkataan Ahli Sunnah Wal Jamaah ialah
orang yang mengikut perjalanan Nabi dan perjalanan orang-orang Islam Yaitu
beriktiqad bahwa hamba itu tidak digagahi semata-mata dan tidak memberi bekas
segala perbuatan yang disengajanya, tetapi ada perbuatan yang di sengaja pada
zahir itu yang dikatakan usaha dan ikhtiar yang tiada memberi bekas sebenarnya
sengaja hamba itu daripada Allah Ta;ala jua. Maka pada segala makhluk ada usaha
dan ikhtiar pada zahir dan tergagah pada batin dan ikhtiar serta usaha hamba
adalah tempat pergantungan taklif ( hukum ) ke atasnya dengan suruhan dan
tegahan ( ada pahala dan dosa ).
8. Iradah : Artinya : Menghendaki Allah
Ta'ala.
فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ
("Allah Maha Berkehendak atas apa yang
di inginkan")(Qs. Al Bruruuj : 16).
Maksudnya menentukan segala mumkin ttg
adanya atau tiadanya. Sebenarnya adalah sifat yang qadim lagi azali thabit
berdiri pada Zat Allah Ta'ala yang menentukan segala perkara yang harus atau
setengah yang harus atas mumkin . Maka Allah Ta'ala yang selayaknya menghendaki
tiap-tiap sesuatu apa yang diperbuatnya. Umat Islam beriktiqad akan segala hal
yang telah berlaku dan yang akan berlaku adalah dengan mendapat ketentuan
daripada Allah Ta'ala tentang rezeki , umur , baik , jahat , kaya , miskin dan
sebagainya serta wajib pula beriktiqad manusia ada mempunyai nasib ( bagian )
di dalam dunia ini sebagaimana firman Allah SWT. yang bermaksud : ' Janganlah
kamu lupakan nasib ( bagian ) kamudi dalam dunia ' . (Surah Al Qasash : Ayat 77). Kesimpulannya ialah umat
Islam mestilah bersungguh-sungguh untuk kemajuan di dunia dan akhirat di mana
menjunjung titah perintah Allah Ta'aladan menjauhi akan segala larangan dan
tegahannyadan bermohon dan berserah kepada Allah SWT.
9. Ilmu : Artinya : Mengetahui Allah
Ta'ala.
وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
"Allah maha mengetahui atas segala
sesuatu"(Qs. An Nisa : 176)
Maksudnya nyata dan terang meliputi
tiap-tiap sesuatu sama ada yangMaujud (ada) atau yang Ma'adum ( tiada ).
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada ( thabit ) qadim lagi azali berdiri
pada zat Allah Ta'ala. Allah Ta'ala Maha Mengetahui akan segala sesuatu sama
ada perkara. Itu tersembunyi atau rahasia dan juga yang terang dan nyata. Maka
'ilmu Allah Ta'ala Maha Luas meliputi tiap-tiap sesuatu diAlam yang fana' ini.
10. Hayat . Artinya : Hidup Allah Ta'ala.
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ
"Bertawakallah kamu kepada Allah yang
Maha Hidup dan tidak mati" (Qs. Al Furqoon : 58)
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap
qadim lagi azali berdiri pada zat Allah Ta'ala . Segala sifat yang ada berdiri
pada zat daripada sifat Idrak ( pendapat ) Yaitu : sifat qudrat, iradat , Ilmu
, Sama' Bashar dan Kalam.
11. Sama' : Artinya : Mendengar Allah
Ta'ala.
Hakikatnya ialah sifat yang tetap ada yang
qadim lagi azali berdiri pada Zat Allah Ta'ala. Yaitu dengan terang dan nyata
pada tiap-tiap yang maujud sama ada yang maujud itu qadim seperti ia mendengar
kalamnya atau yang ada itu harus sama ada atau telah ada atau yang akan
diadakan. Tiada terhijab (terdinding ) seperti dengan sebab jauh , bising , bersuara
, tidak bersuara dan sebagainya. Allah Ta'ala Maha Mendengar akan segala yang
terang dan yang tersembunyi. Sebagaimana firman Allah Ta'ala yang bermaksud :
ۚ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا
" Dan ingatlah Allah sentiasa Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui"(Qs. An-Nisa'a Ayat 148)
12. Bashar : Artinya : Melihat Allah Ta'ala
.
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada
yang qadim lagi azali berdiri pada zat Allah Ta'ala. Allah Ta'ala wajib
bersifat Maha Melihat sama ada yang dapat dilihat oleh manusia atau tidak, jauh
atau dekat , terang atau gelap , zahir atau tersembunyi dan sebagainya. Firman
Allah Ta'ala yang bermaksud :
وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
"Dan Allah Maha Melihat dengan apa-apa
yang kamu kerjakan"(Qs. Al Hujuroot : 18)
ۗ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ
"Dan Allah Maha Melihat akan segala
yang mereka kerjakan" (Qs. Ali Imran : 163)
13 .Kalam : Artinya : Berkata-kata Allah
Ta'ala.
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada
, yang qadim lagi azali , berdiri pada zat Allah Ta'ala. Menunjukkan apa yang
diketahui oleh ilmu daripada yang wajib, maka ia menunjukkan atas yang wajib
sebagaimana firman Allah Ta'ala yang bermaksud : ' Aku Allah , tiada tuhan
melainkan Aku '. ( Surah Taha Ayat 14 )
Dan daripada yang mustahil sebagaimana firman Allah Ta'ala yang bermaksud : '
..( kata orang Nasrani ) bahwasanya Allah Ta'ala yang ketiga daripada tiga.
'. (Surah Al-Mai'dah Ayat 73). Dan daripada yang harus sebagaimana
firman Allah Ta'ala yang bermaksud : ' Padahal Allah yang mencipta kamu dan
benda-benda yang kamu perbuat itu
'. (Surah Ash. Shaffaat Ayat 96). Kalam Allah Ta'ala itu satu sifat
juga tiada berbilang. Tetapi ia berbagai-bagai jika dipandang dari perkara yang
dikatakan Yaitu :
1. Menunjuk kepada amar (perintah) seperti
tuntutan mendirikan solat dan lain-lain kefardhuan.
2. Menunjuk kepada nahyu (tegahan) seperti
tegahan mencuri dan lain-lain larangan.
3. Menunjuk kepada khabar (berita) seperti
kisah-kisah Firaundan lain-lain.
4. Menunjuk kepada wa'ad (janji baik)
seperti orang yang taat dan beramal soleh akan dapat balasan syurga dan
lain-lain.
5. Menunjuk kepada wa'ud (janji balasan
siksa) seperti orang yang mendurhaka kepada ibu & bapak akan dibalas dengan
azab siksa yang amat berat.
14. Qoodirun : Artinya :
Keadaan Allah Ta'ala Yang Berkuasa
Mengadakan Dan Mentiadakan. Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat
Allah Ta'ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum , Yaitu lain daripada sifat
Qudrat.
15. Muriidun : Artinya :
Keadaan Allah Ta'ala Yang Menghendaki dan
menentukan tiap-tiap sesuatu. Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat
Allah Ta'ala , tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum , Yaitu lain daripada sifat
Iradat.
16.Kaunuhu Aliman : Artinya :
Keadaan Allah Ta'ala Yang Mengetahui akan
Tiap-tiap sesuatu. Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala,
tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum , Yaitu lain daripada sifat Ilmu.
17.Kaunuhu Hayyun : Artinya :
Keadaan Allah Ta'ala Yang Hidup. Hakikatnya
Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala, tiada ia maujud dan tiada ia
ma'adum , Yaitu lain daripada sifat Hayat.
18.Kaunuhu Sami'an : Artinya :
Keadaan Allah Ta'ala Yang Mendengar akan
tiap-tiap yang Maujud.Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah
Ta'ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum, Yaitu lain daripada sifat Sama'.
19.Kaunuhu Bashiran : Artinya :
Keadaan Allah Ta'ala Yang Melihat akan
tiap-tiap yang Maujudat ( Benda yang ada ). Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri
dengan zat Allah Ta'ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum , Yaitu lain
daripada sifat Bashar.
20.Kaunuhu Mutakalliman : Artinya :
Keadaan Allah Ta'ala Yang Berkata-kata.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala, tiada ia maujud
dan tiada ia ma'adum , Yaitu lain daripada sifat Kalam.
20 SIFAT MUSTAHIL BAGI ALLAH SWT
Wajib atas tiap-tiap mukallaf mengetahui
sifat-sifat yang mustahil bagi Allah yang menjadi lawan daripada dua puluh
sifat yang wajib baginya. Maka dengan sebab itulah di nyatakan di sini
sifat-sifat yang mustahil satu-persatu :
1. Adam berarti tiada'
2. Huduth berarti baharu'
3. Fana' berarti binasa'
4. Mumathalatuhu Lilhawadith berarti
menyerupai makhluk'
5. Qiyamuhu Bighayrih berarti berdiri
dengan yang lain'
6. Ta'addud berarti berbilang-bilang'
7. Ajz berarti lemah'
8. Karahah berarti terpaksa'
9. Jahl berarti jahil/bodoh'
10. Mawt berarti mati'
11. Samam berarti tuli'
12. Umy berarti buta'
13. Bukm berarti bisu'
14. Kaunuhu Ajizan berarti keadaannya yang
lemah'
15. Kaunuhu Karihan berarti keadaannya yang
terpaksa'
16. Kaunuhu Jahilan berarti keadaannya yang
jahil/bodoh'
17. Kaunuhu Mayyitan berarti keadaannya
yang mati'
18. Kaunuhu Asam berarti keadaannya yang
tuli'
19. Kaunuhu A'ma berarti keadaannya yang
buta'
20. Kaunuhu Abkam berarti keadaannya yang
bisu'
SIFAT JAIZ BAGI ALLAH SWT (Boleh ia atau
Tidak)
Adalah sifat yang harus pada hak Allah
Ta'ala hanya satu saja Yaitu Harus bagi Allah mengadakan sesuatu atau tidak
mengadakan sesuatu atau di sebut sebagai mumkin' (Fi'lu kulli Mumkinin
Autarkuhu). Mumkin ialah sesuatu yang harus ada dan tiada. Harus disini artinya
boleh-boleh saja. Artinya boleh-boleh saja Allah SWT menciptakan sesuatu, yakni
tidak ada paksaan dari sesuatu, karena Allah bersifat Qudrat dan Irodah. Dan
boleh-boleh saja bagi Allah SWT meniadakan sesuatu
0 komentar:
Posting Komentar